Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Sejarah Sumo Jepang, Bagian Ritual Shinto Sejak Sebelum Masehi

Kompas.com - 21/Sep/2024, 15:56 WIB
Pesumo jepang atau rikishi bertanding di arena melingkar alias dohyo.
Lihat Foto
Pesumo jepang atau rikishi bertanding di arena melingkar alias dohyo.

Tidak banyak aturan pasti pada tsuji-zumo. Bahkan, tak sedikit pesumo yang mati saat pertandingan.

Ada pula kanjin-zumo, pertandingan sumo yang diadakan di kuil Shinto untuk menggalang donasi demi keberlangsungan hidup kuil.

Sumo, wujud ritual Shinto

Gerakan pesumo saat bertanding mencerminkan kepercayaan Shinto.

Misalnya saja, mereka mengangkat satu kaki kemudian menghentakkannya dengan keras ke tanah selama beberapa kali yang disebut shiki.

Shiki berasal dari praktik kuno para prajurit yang melakukan gerakan itu sebelum pertempuran untuk menakut-nakuti musuh.

Dalam mitologi Shinto, Dewi Amaterasu juga melakukan shiki ketika menghadapi Susanoo, saudara laki-lakinya yang sulit dikendalikan.

Pesumo juga kerap menepukkan tangan sebelum pertandingan. Ini merupakan praktik penganut Shinto untuk bertepuk tangan sebelum dan sesudah berdoa.

Selanjutnya, pesumo biasanya menaburkan garam secara berkala di arena pertandingan sumo (dohyo).

Dalam kepercayaan Shinto, menaburkan garam diyakini sebagai cara bersuci atau menyucikan.

Terakhir, wasit sumo alias gyoji memakai jubah seperti penghuni istana kekaisaran Jepang pada abad pertengahan dan mirip jubah pendeta Shinto saat ini.

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Close Ads