Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Tersentuh Keramahan Orang Indonesia, Ini Kisah Perempuan Jepang yang Menjadi Mualaf

Kompas.com - 3/Oct/2019, 16:34 WIB
Ilustrasi ibadah di Masjid Tokyo.
Lihat Foto
Ilustrasi ibadah di Masjid Tokyo.

Tantangan kehidupan seorang muslimah di Jepang

Sampai sejauh ini, Ramadhan adalah hal yang paling menantang. Di Jepang, lama waktu berpuasa tergantung pada musim. Tahun lalu dan tahun ini, puasa dimulai kira-kira pukul 02:30 dinihari hingga pukul 7 malam. 

Pada malam hari ketika orang rumah lainnya sedang terlelap, saya harus bangun dan santap sahur sendiri. Ini adalah hal yang sangat susah. Pada siang hari pun terasa banyak godaan karena orang Jepang pada umumnya makan seperti biasa. 

Saya berusaha melewatinya dengan menganggap saya hanya sedang diuji oleh Allah. Dukungan dan ucapan “Ganbatte!” dari teman-teman Muslim di Indonesia juga sangat membantu.

Berbicara tentang kehidupan di Jepang dengan menjaga identitas sebagai seorang muslimah, saya menempatkan Islam sebagai basis yang saya jadikan pedoman dalam kehidupan maupun keseharian.

Meskipun, ketika saya membuka diri sebagai seorang muslimah ke orang-orang Jepang di sekeliling saya, saya kerap ditanya mengenai pemakaian hijab atau larangan mengonsumsi daging babi dan minuman alkohol. Sesuatu yang asing bagi orang Jepang pada umumnya. 

Namun saya selalu beranggapan bahwa Islam adalah agama yang bukan hanya sebatas makanan ataupun pelindung kepala. Saya berusaha untuk menyesuaikan tempat dan keadaan ketika saya berada dengan apa yang dituliskan dalam Al-Quran. Sekaligus berlaku atau bertindak dengan juga menilai sesuatu menurut pemikiran saya pribadi. 

Kendati masih dalam tahap belajar dan juga banyak hal yang masih sulit, saya akan terus berusaha untuk menjadi muslimah yang baik. Karena saya pikir, itulah salah satu arti dari apa yang Islam ajarkan. Terkadang memang ada saat ketika saya merasa menyerah, tetapi Insya Allah, saya akan terus berjuang sebagai seorang muslimah.

Miyu, warga negara Jepang yang juga seorang mualaf. Mahasiswi tingkat akhir Keio University di Tokyo, Jepang dan tengah mengikuti kelompok penelitian “Muslim Symbiosis Project” yang dipimpin oleh Profesor Nonaka, sebagai blasteran beragama Muslim. Penulis menetap di Tokyo, Jepang. 

Artikel ini ditulis oleh mahasiswa yang tergabung dalam Muslim Symbiosis Project Nonaka Lab dari Keio University kampus Shonan Fujisawa. Muslim Symbiosis Project Nonaka Lab merupakan sebuah kelompok penelitian mahasiswa yang ada di kampus Shonan Fujisawa Keio University. 

Halaman:
Editor : Ni Luh Made Pertiwi F

Komentar

Dapatkan Smartphone dan Voucher Belanja dengan #JernihBerkomentar dibawah ini! *S&K berlaku
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.