Sembari mengelola bar pada malam hari, ia juga mengambil pekerjaan paruh waktu di sebuah gemba.
Di sana, Ian bekerja bersama orang Indonesia, atasannya pun teman seperjuangannya di Bali.
Bar kecil yang ia kelola menjadi tempat teman-temannya berkumpul.
Melihat antusiasme teman-temannya, ia semakin terdorong untuk menciptakan tempat yang lebih besar dan nyaman.
Sembari mengelola bar, Ian bertemu seorang teman Jepang yang dikenalnya saat berselancar bersama di Bali.
"Akhirnya ketemu lagi di Jepang. Terus saya sering mengajak dia setiap ada acara komunitas. Saya undang dia, 'ayo ngumpul bareng'. Kita ngumpul bareng sama orang Indonesia. Terus ada acara Indonesia Festival, sering saya undang juga," jelas Ian tentang caranya membangun pertemanan.
Melihat Ian sukses mengelola bar yang ramai tetapi berkapasitas terbatas, temannya menyarankan agar Ian membuka kafe sendiri.
"Kalau saya sendiri sih, saya enggak sanggup. Dari segi modal juga, modalnya gede. Terus kalau pakai nama saya sendiri juga susah. Sekarang saya juga orang asing," terang Ian menjawab pertanyaan sang teman.
"Akhirnya yaudah, 'kalau mau yuk kita jalan bareng'. Terus dia juga, kebetulan juga senang masakan Indonesia ya," lanjut Ian.