Pulau Dewata pula yang mempertemukan Ian dengan dengan jodohnya, perempuan asal Jepang yang kini menjadi istrinya.
Setelah menikah di Bali, Ian hijrah ke Jepang menggunakan visa pasangan (spouse or child of Japanese national visa) sekitar musim panas 2009.
Adaptasi di negara baru menjadi tantangan pertama.
Ia dihadapkan pada perbedaan budaya, terutama soal kedisiplinan dan ketepatan waktu yang sangat tinggi.
"Setelah sampai ke Jepang ya pasti beda budaya, beda semuanya. Bingung, stres itu pasti ada. Kurang lebih untuk menyesuaikan diri di Jepang mungkin satu tahun ya," jelas Ian saat dihubungi Ohayo Jepang, (21/6/205).
Tantangan lainnya datang dari hal yang sederhana tetapi mendasar baginya, yaitu makanan.
Sebagai orang Indonesia, ia terbiasa dengan makanan bercita rasa pedas dan kaya bumbu.
"Kalau orang Indonesia kan sudah terbiasa dengan sambal itu kan," ujar Ian.
Kesulitan menemukan bahan makanan seperti cabai sempat menjadi tantangan baginya.
Sebuah momen di daerah Ueno menjadi titik baliknya. Saat diajak mertuanya ke sebuah toko milik orang Chia, ia menemukan cabai.