"Setelah saya lihat cabai ini kayak melihat emas gitu. Di situ lah mengira ini kalau ada cabai bisa lah aku bertahan di Jepang," kenang Ian.
Pengalaman sulitnya mencari makanan dan tempat berkumpul yang nyaman bagi orang Indonesia di masa itu, menumbuhkan sebuah mimpi dalam benaknya.
Ia bertekad, jika suatu saat berhasil di Jepang, ia ingin membangun sebuah kafe atau restoran yang bisa menjadi titik kumpul bagi komunitas Indonesia.
Baca juga:
Langkah pertama Ian di dunia kerja Jepang adalah di sebuah gemba (proyek lapangan), pekerjaan yang ia lakoni selama sekitar satu bulan.
Bekerja di luar ruangan saat musim panas yang terik dan menjadi satu-satunya orang Indonesia menjadi tantangan tersendiri baginya.
Atas informasi dari seorang teman, ia kemudian beralih menjadi pekerja pabrik.
Pekerjaan pertamanya adalah di sebuah pabrik manufaktur barang dari plastik di Yokohama.
Di sana, ia merasa lebih bersemangat karena bertemu dengan banyak rekan kerja dari Indonesia.
Namun, tantangannya adalah jarak. Ia harus menempuh perjalanan satu setengah jam dari rumahnya di Tokyo ke tempat kerja.