Saat bunga sakura yang indah mulai layu dan berganti dengan suasana cerah khas Mei di Jepang, ada "kejutan" tak terduga yang seringkali menghampiri siswa dan pekerja di sana.
Bukan kejutan menyenangkan, melainkan perasaan campur aduk seperti kelelahan, kecemasan, hingga hilangnya motivasi.
Fenomena ini identik dengan bulan Mei sampai punya nama spesifik yaitu 五月病 (Gogatsu-byou) alias "penyakit Mei" atau May Sickness.
Walau Gogatsu-byou bukan diagnosis medis yang diakui secara resmi, dampaknya sungguh nyata bagi mereka yang mengalaminya.
Lantas, sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan "penyakit Mei" ini?
Kenapa ia justru muncul di saat orang-orang baru saja memulai babak baru dalam hidup mereka di tahun ajaran atau periode kerja baru?
Seperti namanya, Gogatsu-byou secara harfiah memang berarti "penyakit Mei".
Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semacam "kemerosotan" atau penurunan kondisi emosional yang sering melanda orang-orang.
Khususnya bagi mereka yang baru saja memulai sesuatu pada Mei, baik itu mahasiswa baru yang masuk universitas atau karyawan yang baru diterima kerja.
Gampangnya, bayangkan saja ini seperti fase "bulan madu" yang tiba-tiba berakhir setelah euforia awal.