Wawancara di perusahaan Jepang ini unik dan memperkaya pengalaman, mencerminkan harapan profesional, serta nuansa budaya.
Saat saya mempersiapkan diri untuk wawancara, saya tahu saya harus memahami elemen-elemen ini secara menyeluruh, baik untuk menampilkan diri sebagai kandidat yang memenuhi syarat maupun untuk menghormati nilai-nilai perusahaan.
Berikut kisah perjalanan saya melalui proses ini.
Baca juga: Tips Wawancara Kerja di Jepang Anti-Blunder, Jangan Malu Bertanya
Langkah pertama dalam persiapan saya adalah memilih pakaian yang tepat.
Saya tahu bahwa dalam budaya bisnis Jepang, pakaian formal adalah suatu keharusan.
Saya memilih setelan jas profesional, memastikan bahwa saya akan sesuai dengan standar perusahaan.
Sebagai seorang wanita, saya juga memastikan rambut saya ditata dengan rapi dan kuku saya bersih dan tidak dipoles.
Saya sangat berhati-hati karena, sehari sebelumnya, saya menghadiri upacara wisuda di mana kuku saya dicat.
"Saya sangat menyukainya," pikir saya, tetapi saya tahu kuku saya harus dirapikan. Saya membuat janji di salon untuk menghilangkan cat kuku.
Rasanya agak frustasi untuk melepaskan sesuatu yang baru saja saya lakukan, tetapi saya mengingatkan diri sendiri bahwa kerapian dan rasa hormat terhadap kesempatan itu lebih penting.
Tindakan pengorbanan kecil ini membantu saya merasa siap dan siap yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan diri saya.
Selain penampilan, saya juga melakukan riset mendalam tentang perusahaan tersebut. Saya membaca tentang misi, visi, dan proyek mereka saat ini.
Semakin banyak yang saya pelajari, semakin saya merasa terhubung dengan tujuan mereka, yang membantu saya menyempurnakan jawaban saya untuk wawancara tersebut.
Saya bertekad untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana nilai-nilai saya selaras dengan nilai-nilai mereka, karena
Saya ingin menunjukkan bukan hanya kompetensi, tetapi juga antusiasme yang tulus terhadap kesempatan tersebut.
Baca juga: Wawancara Kerja di Jepang, Cara Jawab Pertanyaan Rencana 5 Tahun Mendatang
Latihan wawancara adalah bagian penting lainnya dari persiapan saya.
Saya menyusun daftar pertanyaan wawancara umum dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk melatih jawaban saya.
Sebagai seseorang yang gugup di depan orang, saya tahu saya harus bersiap sebaik mungkin untuk menenangkan pikiran saya yang berpacu.
Saya berpikir “Bagaimana jika saya membeku dan lupa apa yang ingin saya katakan?”.
Kecemasan ini mendorong saya untuk berlatih lebih keras lagi. Saya mengulang jawaban saya, menyempurnakannya hingga terasa jelas dan ringkas.
Saya juga memastikan untuk menyiapkan pertanyaan yang bijaksana bagi pewawancara.
Saya ingin menunjukkan kepada mereka bahwa saya tidak hanya tertarik untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi saya benar-benar peduli dengan apa yang diperjuangkan perusahaan dan ke mana arahnya.
Setelah berlatih, saya merasa sedikit lebih tenang, tetapi saya tidak dapat menyangkal bahwa rasa gugup masih menggelegak di dalam diri saya.
“Semoga pikiran saya tidak kosong,” kata saya kepada diri sendiri, berharap persiapan itu cukup untuk menenangkan saraf saya.
Ketika hari wawancara yang sebenarnya tiba, saya merasa sangat percaya diri.
Beberapa pertanyaan yang telah saya latih muncul dalam wawancara, dan mampu menjawabnya dengan lancar membawa rasa lega yang luar biasa.
Baca juga: Strategi Sukses Wawancara Kerja Online dengan Perusahaan Jepang
Datang lebih awal sangat penting, karena ketepatan waktu sangat dijunjung tinggi dalam budaya Jepang.
Saya memastikan untuk datang jauh sebelum waktu yang ditentukan sehingga saya bisa menenangkan pikiran dan menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk ke ruang wawancara.
Itu adalah kesempatan yang baik untuk menenangkan diri dan mendapatkan pola pikir yang tepat.
Ketika saya dipanggil masuk ke ruangan, saya memastikan untuk mengetuk pintu dengan sopan, membungkuk sedikit, lalu duduk dengan sopan.
Saya telah belajar bahwa bagi wanita di Jepang, duduk dengan tangan yang diletakkan dengan lembut di pangkuan adalah postur yang tepat, jadi saya memastikan untuk mengikuti ini.
Saya merasa tenang karena tahu bahwa saya melakukan semuanya dengan benar, tetapi rasa gugup masih ada, tersembunyi di balik permukaan.
Wawancara itu berjalan dengan cepat.
Saya menghadapi serangkaian pertanyaan dan berfokus untuk memberikan jawaban yang jelas dan ringkas.
Saya mencoba untuk tetap tenang, menggunakan contoh dari pengalaman saya untuk mengilustrasikan poin-poin saya.
Saya memberi diri saya waktu sejenak untuk berpikir sebelum menjawab setiap pertanyaan, memastikan tanggapan saya bijaksana dan relevan.
Meskipun saya tahu jawaban saya tidak sempurna, saya tidak dapat menahan rasa lega setelah selesai.
Saya mengingatkan diri saya bahwa, terlepas dari hasilnya, saya telah melakukan yang terbaik, dan itulah yang benar-benar penting.
Jika saya mendapatkan pekerjaan itu, bagus; jika tidak, saya akan mendapatkan pengalaman berharga yang akan membantu saya di masa depan.
"Tetaplah positif," saya terus berkata pada diri saya sendiri.
Setelah wawancara, saya melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk membantu saya rileks, pergi ke mal untuk menenangkan pikiran.
Baca juga: Panduan Penampilan untuk Wawancara dengan Perusahaan Jepang
Sepanjang wawancara, saya berusaha keras untuk tidak membanggakan prestasi saya.
Sebaliknya, saya fokus untuk menunjukkan bagaimana saya dapat berkontribusi pada tim, menekankan keterampilan saya dengan cara yang rendah hati.
Keaslian penting bagi saya; saya ingin jujur dan apa adanya terhadap diri sendiri.
Saya tidak perlu melebih-lebihkan kemampuan saya.
Hal terpenting adalah saya dapat menunjukkan bagaimana saya akan menyesuaikan diri dengan budaya mereka dan memberikan kontribusi yang berarti bagi perusahaan.
Saat wawancara berakhir, saya memastikan untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang mendalam tentang perusahaan, yang menegaskan minat saya yang tulus terhadap posisi tersebut.
Saya berterima kasih kepada pewawancara atas kesempatan tersebut dan membungkuk sedikit sebagai tanda hormat, suatu sikap yang saya pelajari penting dalam budaya bisnis Jepang.
Baca juga: 15 Pertanyaan yang Sering Ditanyakan saat Wawancara Kerja di Jepang (Part1)
Melihat kembali pengalaman tersebut, wawancara saya di perusahaan Jepang tersebut mencerahkan sekaligus bermanfaat.
Dengan mempersiapkan diri secara menyeluruh dan memperhatikan praktik budaya, saya dapat menavigasi proses tersebut dengan lancar.
Namun, lebih dari sekadar meningkatkan keterampilan wawancara, saya memperoleh apresiasi yang lebih dalam terhadap budaya bisnis Jepang yang menekankan rasa hormat, kerendahan hati, dan profesionalisme.
Mungkin pelajaran terpenting yang saya peroleh adalah untuk selalu berpikir positif dan berusaha untuk tidak terlalu menekankan hasil.
Meskipun wajar untuk ingin berhasil, saya menemukan bahwa tetap tenang dan menerima proses tersebut sebagai pengalaman belajar membuat seluruh perjalanan menjadi tidak terlalu menakutkan dan jauh lebih memuaskan.
Baca juga: 15 Pertanyaan yang Sering Ditanyakan saat Wawancara Kerja di Jepang (Part 2)
Ulasan di atas disampaikan oleh Axel, WNI yang kerja di Tokyo. Ia hobi menyanyi, mendengarkan musik, dan berjalan-jalan di kota.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (8 November 2024)
View this post on Instagram