Saya ingat pertama kali mencoba ramen di sebuah kedai kecil dekat stasiun.
Saya duduk di meja bar sendirian, mengamati seorang koki tua yang sibuk menyiapkan pesanan di dapur.
Semangkuk ramen datang di depan saya, kuahnya mengepul dan aromanya sangat menggoda.
Di sebelah saya, ada seorang pekerja kantoran baru saja menerima pesanan yang sama.
Begitu dia mencicipi suapan pertamanya, ekspresinya langsung berubah.
Matanya sedikit membesar, dia mengangguk-angguk kecil, lalu dengan suara mantap berkata, "Umai!" (うまい!).
Saya terkejut karena sejak kecil diajarkan untuk makan dengan tenang dan sopan.
Namun, anehnya, itu tidak mengganggu saya.
Justru, hal itu membuat saya lebih memperhatikan rasa makanan saya sendiri.