Bahkan, setelah tahu tentang puasa, bosnya selalu mengucapkan selamat Ramadhan setiap tahun.
“Kadang ibunya bos juga kasih makanan buat aku, rasanya dihargai banget,” ujar Aya.
Tinggal di daerah Namegata, Ibaraki, Aya sulit menemukan masjid terdekat.
Secara geografis, ada masjid di daerah Tsukuba dan Hitachi.
Namun, Aya tidak memiliki kendaraan pribadi, ia lebih memilih ke Tokyo yang memiliki lebih banyak masjid dan komunitas Muslim.
Tahun ketiga di Jepang, Aya mulai bergabung dengan komunitas Muslim Indonesia.
Dari sana, ia bisa mengikuti buka bersama, kajian Ramadhan, dan salat tarawih di masjid seperti Masjid Indonesia Tokyo dan Tokyo Camii.
“Enggak ada pasar Ramadhan atau berburu takjil, tapi kalau di masjid biasanya komunitas yang giliran menyediakan takjil,” kata Aya.
“Aku paling kangenin itu biji salak. Sejauh ini, di sini enggak ada, jadi kalau mau makan ya harus bikin sendiri. Tapi aku enggak mau ribet, jadi ya enggak bikin,” ujarnya sambil tertawa.
Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Aya ketika Ramadhan adalah ia melihat seseorang mengucapkan syahadat di Tokyo Camii.