Saat itu, ia belum bergabung dengan komunitas Muslim dan masih beradaptasi dengan lingkungan baru.
Meskipun demikian, ia tetap bisa menjalani puasa sebulan penuh meskipun terasa berbeda dengan di Indonesia, terutama sulitnya mengikuti salat tarawih akibat jadwal kerja dan sekolah yang padat.
Sementara itu, dari awal dia menjalani puasa di Jepang, Aya selalu menyiapkan makanan untuk buka dan sahur sebelum Ramadhan tiba.
Jadi, ketika sudah tiba bulan puasa, ia tidak perlu lagi bingung mencari menu sahur dan buka.
Ramadhan kali ini pun Aya sudah menyiapkan makanan siap masak.
Ia membeli makanan Indonesia dalam bentuk frozen dari penjual di Jepang, lalu menyimpannya untuk stok sahur dan berbuka.
“Biar enggak ribet masak pas puasa karena aku ada roommate jadi enggak enak juga kalau masak lama-lama. Sahur juga pilih yang simpel kayak oatmeal atau yoghurt yang udah disiapin malam sebelumnya,” jelasnya.
Baca juga:
Setelah resmi bekerja penuh waktu di Jepang, Aya merasakan pengalaman baru dalam menjalani Ramadhan.
Tidak ada kebijakan khusus bagi Muslim yang berpuasa di kantornya.
Namun, sejak bekerja di sini, perusahaan memberi Aya fleksibilitas untuk tetap bisa salat tanpa mengganggu pekerjaan.