“Aku paling kangenin itu biji salak. Sejauh ini, di sini enggak ada, jadi kalau mau makan ya harus bikin sendiri. Tapi aku enggak mau ribet, jadi ya enggak bikin,” ujarnya sambil tertawa.
Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Aya ketika Ramadhan adalah ia melihat seseorang mengucapkan syahadat di Tokyo Camii.
“Rasanya haru banget, melihat ada orang yang memutuskan masuk Islam pada bulan puasa. Meskipun enggak kenal, tapi ada rasa kebersamaan di situ,” ceritanya.
Aya juga merasa aman dan nyaman saat berada di Tokyo Camii karena sebagian besar orang di sana Muslim.
Ia menceritakan pengalamannya keluar dari masjid masih mengenakan mukena tanpa rasa canggung karena lingkungan sekitar penuh dengan Muslim.
“Biasanya kalau pakai mukena di tempat umum, orang Jepang suka melirik. Tapi di Tokyo Camii, aku merasa seperti di rumah sendiri,” ujarnya.
Salat tarawih di Tokyo Camii juga menjadi pengalaman unik baginya.
“Tarawih di sana 20 rakaat dan santai, enggak terburu-buru,” katanya.
Selain itu, salat tarawih dimulai pukul 20.00 karena menunggu orang-orang pulang kerja atau berkegiatan. Sementara, Isya' di sini sekitar pukul 19.00.