Tujuannya, memberikan informasi dan konsultasi bagi calon pekerja agar mereka lebih siap dan tidak tertipu.
"Pelan-pelan muridnya banyak. Ada 250 alumnus serta 50 orang sudah mendapatkan pekerjaan di Jepang. Animo masyarakat tinggi. Tidak saja dari Bengkulu, ada Sumsel dan Sumut muridnya," jelasnya.
Di LPK ini, Afrianto dibantu oleh delapan tenaga pengajar yang sebagian besar adalah mantan PMI Jepang asal Bengkulu yang telah mendapatkan sertifikasi.
Selain mendidik calon pekerja migran, Afrianto juga berhasil mendatangkan investor Jepang ke Bengkulu.
"Baru-baru ini kami fasilitasi investor konstruksi terbesar di Tokyo bertemu dengan Gubernur Bengkulu. Mereka berminat melakukan investasi pada konstruksi, perumahan, pariwisata, dan air bersih," jelasnya.
Afrianto juga mengembangkan konsep sister city antara Bengkulu dan Jepang.
"Pemerintah Kota Hiroshima sudah berkomunikasi dengan bupati terpilih Bengkulu Tengah, Pak Rachmat Riyanto, untuk menggagas sister city. Termasuk wali kota Bengkulu terpilih," ujarnya.
Menurutnya, Jepang sangat tertarik berinvestasi di Bengkulu karena potensi besar di sektor wisata, budaya, dan infrastruktur.
Afrianto juga menegaskan bahwa Jepang masih memiliki kebutuhan besar akan tenaga kerja asal Indonesia.
Berdasarkan penuturan Afrianto, Jepang saat ini membutuhkan 823.000 pekerja dari Indonesia.