Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Worklife

Dari Pekerja Migran di Jepang, Afrianto Bangun LPK Jepang dan Tarik Investor dari Tokyo

Kompas.com - 04/02/2025, 20:10 WIB

Menurut Afrianto, di Bengkulu kala itu, kalau mau kerja di Jepang harus mempunyai dana sekitar Rp 80 juta. Ia mengaku tidak mampu saat itu.

Akhirnya, ia memutuskan untuk belajar bahasa Jepang di Sukoharjo, Jawa Tengah, sambil mencari peluang kerja.

Namun, tantangan baru muncul karena ada stigma negatif terhadap PMI asal Bengkulu.

"Saat itu, ada imej negatif TKI ke Jepang asal Bengkulu, semacam di-blacklist karena kerap bekerja melanggar kontrak atau pindah tempat kerja sebelum kontrak habis. Ini berimbas ke saya," ungkapnya.

Ada yang menyarankan agar ia mengganti KTP Bengkulu agar lebih mudah berangkat.

Namun, Afrianto menolak hal itu karena ia ingin memperbaiki citra bengkulu.

Akhirnya, setelah melalui seleksi ketat, ia bisa berangkat ke Jepang sebagai ahli pengelasan untuk scaffolding.

Baca juga:

Ilustrasi orang mengelas di pabrik.
Ilustrasi orang mengelas di pabrik.

Bekerja di Jepang

Afrianto berangkat ke Jepang dengan visa magang dan menjalani pelatihan selama satu bulan sebelum mulai bekerja secara resmi.

Ia menerima gaji bersih Rp 13 juta hingga Rp 15 juta per bulan, setelah dipotong pajak dan biaya tempat tinggal.

"Itu sudah bersih, potong pajak, rumah, dan lainnya," jelasnya.

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.