Namun, begitu ekuinoks tiba, suhu turun dengan cepat, dan tiba-tiba saya merasa ingin mengenakan pakaian yang lebih hangat.
Aspek yang paling mengejutkan dari transisi ini bagi saya adalah ketidakpastian cuaca.
Suatu hari, cuaca bisa cukup hangat untuk mengenakan baju lengan pendek, dan hari berikutnya, saya perlu mengenakan jaket.
Ini adalah periode penyesuaian yang konstan, baik secara fisik maupun mental, karena saya belajar mengantisipasi pagi dan malam yang lebih dingin meskipun siang hari masih relatif hangat.
Bagi umat Muslim yang tinggal di Jepang, peralihan dari musim panas ke musim gugur membawa perubahan yang nyata dalam jadwal salat.
Saat hari-hari semakin pendek dan matahari terbenam lebih awal, waktu salat Magrib pun berubah drastis.
Di puncak musim panas, Magrib mungkin sekitar pukul 7 malam, tetapi pada pertengahan musim gugur, waktu salat dapat turun hingga pukul 5.30 sore.
Perubahan waktu salat ini memerlukan penyesuaian rutinitas harian, terutama bagi mereka yang terbiasa dengan jadwal yang lebih konsisten sepanjang musim panas.
Matahari terbenam lebih awal juga berarti Isya (salat malam) menyusul lebih awal, membuat malam terasa lebih singkat karena kedua salat tersebut dilakukan berdekatan.