Sewa kos atau asrama 3–6 bulan bisa mencapai Rp 3.000.000–Rp 6.000.000.
Ditambah biaya hidup harian sekitar Rp 2.000.000–Rp 5.000.000.
Berdasarkan laporan BP2MI dan data lapangan, total biaya kerja di Jepang lewat jalur pemagangan berkisar Rp 30.000.000–Rp 50.000.000.
Besarnya biaya dipengaruhi lokasi pelatihan, lembaga pengirim, sektor pekerjaan, hingga kemungkinan adanya subsidi dari pihak Jepang.
Sayangnya, masih ada praktik pungutan liar dan biaya tersembunyi yang membebani peserta.
Contohnya, biaya ikatan kontrak hingga Rp 10 juta.
Ada pula potongan gaji bulan pertama tanpa penjelasan atau tambahan biaya pelatihan mendadak sebelum keberangkatan.
Beberapa skema dapat membantu meringankan biaya.
Jalur G to G (Government to Government) biasanya lebih terkontrol dan murah, meski kuotanya terbatas dan persaingannya ketat.
Ada juga dukungan dari perusahaan penerima di Jepang yang menanggung tiket pesawat atau pelatihan bahasa, tergantung industri.