Bagi banyak lulusan dan pencari kerja asal Indonesia, bekerja di Jepang menjadi impian yang menarik.
Jepang membuka peluang bagi warga negara asing termasuk Indonesia yang ingin meniti karier sesuai latar belakang dan keahlian.
Namun, banyak pendatang baru bertanya-tanya, pekerjaan seperti apa yang realistis bisa didapat orang Indonesia di Jepang?
Apakah harus memulai dari pekerjaan fisik, atau mungkinkah langsung masuk ke kantor dan dunia digital?
Artikel ini membahas berbagai jenis pekerjaan pemula yang tersedia di Jepang, mulai dari kerja lapangan hingga pekerjaan kantoran, serta bagaimana orang Indonesia menavigasi jalur tersebut.
Baca juga:
Populasi usia kerja di Jepang terus menyusut, sehingga banyak perusahaan merekrut tenaga kerja asing.
Jumlah pekerja asing di Jepang mencapai 2,3 juta orang per Oktober 2024 dan termasuk angka tertinggi sepanjang sejarah. Jumlah ini terus meningkat sejak 2008.
Warga Indonesia termasuk salah satu kelompok yang tumbuh pesat.
Menurut data, sekitar 121.500 WNI bekerja di Jepang pada akhir 2023, meningkat sekitar 39-56 persen dalam satu tahun terakhir.
Banyak orang Indonesia memulai perjalanan karier di Jepang melalui pekerjaan fisik atau blue-collar yang tidak membutuhkan ijazah tinggi.
Biasanya cukup sehat secara fisik dan memiliki kemampuan bahasa Jepang dasar. Contoh pekerjaan yang umum antara lain:
Pekerjaan perakitan atau pengemasan di sektor makanan, elektronik, atau otomotif.
Banyak pabrik di Jepang secara terbuka merekrut tenaga kerja asing untuk tugas seperti mengemas barang atau mengoperasikan mesin.
Jam kerja biasanya teratur, dengan gaji per jam yang stabil.
Pekerjaan di ladang dan kebun, seperti menanam, merawat, dan memanen hasil pertanian.
Program magang di bidang ini cukup populer sebagai pintu masuk awal bagi pekerja asing.
Tugas mendukung proyek pembangunan, seperti membantu tukang, membersihkan lokasi, atau pekerjaan fisik dasar lainnya.
Melalui jalur Tokutei Ginou (Specified Skilled Worker), pelatihan keahlian seperti pengelasan juga tersedia di tempat kerja.
Posisi sebagai juru masak, pelayan, staf kebersihan hotel, hingga resepsionis.
Industri pariwisata yang terus berkembang di Jepang membuat permintaan terhadap pekerja sektor ini tetap tinggi, bahkan bagi mereka yang hanya lulusan SMA.
Sebagai asisten perawatan di panti jompo atau fasilitas lansia.
Kekurangan tenaga kerja di sektor ini menjadikan pekerja asal Indonesia cukup banyak diterima, setelah menjalani pelatihan singkat.
Mayoritas pekerjaan ini diakses melalui jalur resmi pemerintah, seperti visa Tokutei Ginou, yang mewajibkan tes kemampuan tertentu.
Hingga 2023, lebih dari 44.000 warga Indonesia memegang status Tokutei Ginou dan bekerja di sektor yang kekurangan tenaga kerja, seperti perhotelan dan perawatan lansia.
Sebagian besar posisi blue-collar membutuhkan kemampuan bahasa Jepang tingkat dasar (biasanya JLPT N4 atau N3) serta syarat usia dan kesehatan.
Banyak calon pekerja Indonesia yang terlebih dahulu mengikuti pelatihan bahasa dan budaya kerja di lembaga pelatihan kerja (LPK) di dalam negeri.
Menurut laporan, jumlah LPK yang fokus pada program Jepang mencapai ribuan, dan berperan penting dalam membekali peserta sebelum berangkat.
Selain pekerjaan fisik, Jepang juga menawarkan peluang white-collar atau pekerjaan kantoran bagi warga Indonesia yang memiliki pendidikan tinggi dan keahlian khusus.
Biasanya mensyaratkan gelar sarjana, pengalaman teknis, serta kemampuan bahasa Jepang dan/atau Inggris.
Beberapa bidang yang terbuka untuk tenaga kerja Indonesia antara lain:
Profesi seperti pengembang perangkat lunak, insinyur sistem, hingga administrator jaringan cukup terbuka.
Banyak lulusan IT asal Indonesia bekerja di Tokyo dan kota besar lainnya.
Insinyur mekanik, sipil, atau listrik untuk industri otomotif maupun elektronik (misalnya, di pabrik Toyota di Aichi).
Posisi dalam bidang keuangan, akuntansi, pemasaran, atau administrasi korporat.
Perusahaan multinasional maupun ekspor-impor kadang mencari kandidat asing untuk posisi bilingual.
Guru bahasa Indonesia atau Inggris, serta koordinator program pendidikan. Beberapa universitas dan sekolah bahasa membutuhkan pengajar asli bahasa Indonesia.
Sebagai penerjemah, penulis teknis, atau pembuat konten Indonesia–Jepang. Ada juga yang bekerja lepas untuk proyek subtitle dan dokumen daring.
Profesi seperti konsultan IT, desainer web, spesialis pemasaran digital, atau pekerjaan freelance.
Meskipun Jepang belum memiliki visa khusus digital nomad, banyak WNI yang bekerja jarak jauh untuk perusahaan internasional dari Jepang.
Perubahan global menuju sistem kerja daring turut membuka lebih banyak peluang kerja online, yang bisa diakses melalui platform kerja internasional.
Di Jepang, proses melamar kerja sangat memperhatikan dokumen lamaran, terutama rirekisho atau format CV standar Jepang.
Rekruter biasanya menilai apakah akan menghubungi pelamar hanya dari CV yang mereka terima.
Rirekisho memuat data pribadi (nama, alamat), foto resmi, serta riwayat pendidikan dan pekerjaan dalam format terpisah.
Kebersihan tampilan dan ketiadaan kesalahan ketik menjadi poin penting.
Banyak warga Indonesia mengandalkan bantuan dari LPK atau P3MI dalam menyiapkan dokumen lamaran dan wawancara.
Selain itu, penting untuk menyesuaikan isi lamaran dengan profil perusahaan dan pekerjaan yang dituju.
Checklist lamaran yang baik:
Cek kembali ejaan dan format agar rapi dan bebas salah ketik.
Gunakan bahasa sopan saat menulis surat lamaran, dan kaitkan kelebihan diri dengan posisi yang dilamar.
Patuhi seluruh instruksi lamaran, mulai dari format resume hingga kelengkapan dokumen, agar tidak ditolak.
Jepang menawarkan beragam peluang kerja yang realistis bagi warga Indonesia.
Banyak yang memulai dari magang atau pekerjaan fisik di pabrik, pertanian, atau fasilitas perawatan lansia, sektor yang memang kekurangan tenaga kerja.
Sementara itu, bagi mereka yang memiliki keterampilan bahasa atau teknologi, tersedia jalur pekerjaan white-collar di bidang IT, pendidikan, hingga bisnis.
Kunci utamanya adalah persiapan: belajar bahasa Jepang, memahami budaya kerja Jepang, dan menyiapkan CV dengan baik.
Lewat program ini, warga Indonesia mengisi peran penting di tengah penuaan populasi Jepang.
Meskipun tiap orang memiliki jalur yang berbeda, memahami kategori pekerjaan dan proses aplikasinya akan sangat membantu pengambilan keputusan.
Dengan masih banyaknya kebutuhan tenaga kerja di Jepang, pintu terbuka lebar bagi siapa pun yang siap bekerja keras dan beradaptasi, baik di lantai pabrik maupun di startup digital.
Sumber:
Artikel ditulis oleh Karaksa Media Partner (Juli 2025)
View this post on Instagram