Kesalahan lain yang sering dilakukan adalah mengirim CV dan surat lamaran yang sama ke semua perusahaan, tanpa menyesuaikan dengan deskripsi pekerjaan.
Di Jepang, perusahaan mengharapkan pelamar menyesuaikan dokumen mereka dengan isi lowongan.
Ini mencakup menyebutkan bagian tertentu dari deskripsi pekerjaan dan menjelaskan pengalaman atau proyek terdahulu yang relevan.
Pendekatan ini sangat penting, terutama di industri white-collar seperti teknologi informasi, keuangan, atau manufaktur.
Tanpa penyesuaian, lamaran akan dianggap generik dan kurang serius.
Banyak pelamar tidak menyertakan hal-hal yang dianggap penting dalam budaya kerja Jepang, seperti foto formal atau estimasi waktu perjalanan dari rumah ke kantor.
Selain itu, menggunakan foto selfie atau berpakaian kasual dalam CV bisa langsung menjadi alasan penolakan.
Perusahaan Jepang lebih menghargai pelamar yang memperhatikan detail, termasuk tata letak, jenis huruf, dan struktur informasi.
Hal kecil seperti ini mencerminkan kesungguhan pelamar dan pemahaman mereka terhadap nilai-nilai profesionalisme di Jepang.
Di Indonesia, pelamar diajarkan untuk “menjual diri” dan menonjolkan pencapaian. Namun, di Jepang, promosi diri yang terlalu eksplisit bisa dianggap arogan.