Di lapangan, caregiver perlu memahami dialek lokal dan berinteraksi dengan lansia yang mungkin mengalami gangguan kognitif.
Ini membuat proses belajar bahasa menjadi latihan empati dan kesabaran.
Seiring waktu, banyak caregiver Indonesia yang berhasil beradaptasi dan lancar berbicara tanpa rasa canggung.
Bekerja sebagai caregiver di Jepang tidak hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga kesiapan mental.
Sistem kerja yang terstruktur, komunikasi hierarkis, dan budaya kerja disiplin bisa menjadi tantangan.
Namun, banyak pekerja Indonesia yang akhirnya menghargai nilai profesionalisme yang tinggi tersebut.
Dukungan komunitas seperti sesama orang Indonesia, kelompok keagamaan, dan multilingual center milik pemerintah daerah membantu para caregiver beradaptasi dan bertahan di lingkungan baru.
Di tempat kerja, caregiver dihadapkan pada standar kedisiplinan tinggi. Tepat waktu, patuh terhadap hierarki, dan mencatat detail kondisi pasien secara teliti adalah hal wajib.
Kesalahan kecil seperti keliru mencatat suhu tubuh pasien atau tidak menyampaikan informasi secara tepat kepada atasan bisa berujung pada teguran resmi.
Meski demikian, fasilitas di Jepang dikenal memiliki sistem pelatihan dan pendampingan kerja yang profesional.