Ia pun mengajukan aplikasi visa engineer, kini dikenal sebagai visa gijinkoku yang juga mencakup profesi engineer.
Saat itu belum ada layanan pendukung berbahasa asing seperti sekarang, Dewi harus mencari tahu sendiri cara mengajukan visa kerja.
Ia membuka situs imigrasi Jepang, membaca dokumen dalam bahasa Jepang dan menggunakan kamus digital.
Dewi juga harus menyiapkan kontrak kerja dan dokumen dari perusahaan yang membuktikan bahwa tempat ia melamar legal dan membayar pajak.
Satu bulan kemudian, Dewi berhasil mendapatkan visa engineer.
"Sebentar sih saya, kayaknya satu bulanan dapet deh. Soalnya kan urusnya dari Jepang. Kalau urus dari Indonesia, kita kan harus minta Certificate of Eligibility (COE) dulu kan, masuk ke negara Jepang dulu, terus dari situ baru ke imigrasi lagi buat urus pertukaran visanya," ucap Dewi mengenai proses mengurus visa yang cepat.
Dewi bekerja sebagai video creator di kantor pusat klinik kecantikan di Tokyo, khususnya untuk operasi plastik.
Tugasnya tidak sekadar membuat video promosi.
Ia juga merancang konsep, mengambil gambar, mengedit, membuat thumbnail, hingga mengunggah ke YouTube dan situs resmi perusahaan.