Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Budaya Lokal

Gyaru Bukan Sekadar Makeup Tebal, Subkultur Jepang Dobrak Kecantikan Tradisional

Kompas.com - 16/06/2025, 14:15 WIB
  • シャバい (shabai): Menggambarkan sesuatu yang culun atau payah.
  • チーム友達 (team tomodachi): Merujuk pada kelompok teman dengan ikatan yang sangat kuat dan kepercayaan yang mendalam.
  • わかんのかんのかんのみほ (wakan no kan no kan no miho): Ungkapan "paham banget!" atau setuju dengan sangat antusias.
  • ぎりはっぴー (giri happii): Singkatan dari "Giri Giri Happy", yang berarti "nyaris bahagia". Optimisme yang menyatakan bahwa meski ada hal buruk, kebahagiaan tetap bisa ditemukan.
  • ジバ (jiba): Kependekan dari jibara, berarti bayar sendiri atau patungan.
  • 風呂キャンセル界隈 (furo kyanseru kaiwai): Istilah lucu untuk merujuk pada orang-orang yang malas mandi karena berbagai alasan.
  • もうええでしょ (mō ee desho): Digunakan untuk menyudahi pembicaraan ketika seseorang terlalu mendesak atau cerewet.
  • しらんけど (shirankedo): Berarti tidak tahu atau entahlah. Sering diucapkan dengan nada santai untuk menyatakan sebuah kemungkinan tanpa tanggung jawab penuh.
  • うますぎやろがい (umasugi yarogai): Ungkapan "enak banget!" yang menunjukkan kekaguman terhadap makanan.
  • それガーチャー? (sore gaachaa?): Berarti "itu beneran? Maaf banget ya". Cara meminta maaf yang ringan dan kekinian.

Siswa sekolah gyaru BLEA Gakuen di Jepang dengan make up mata dramatis. Gyaru merupakan subkultur di Jepang yang lawan standar kecantikan tradisional.
Siswa sekolah gyaru BLEA Gakuen di Jepang dengan make up mata dramatis. Gyaru merupakan subkultur di Jepang yang lawan standar kecantikan tradisional.

Sekolah Gyaru

Uniknya, pengaruh gyaru juga merambah ke ranah pendidikan.

Menurut PR Times, terdapat sekolah gyaru pelopor bernama BLEA Gakuen yang kini merayakan ulang tahun ke-25. 

Sekolah yang didirkan pada 2000 ini berawal sebagai tempat pelatihan fesyen. Kini, mereka 'mendidik' perempuan berusia 15 tahun sampai 20-an tahun agar terkualifikasi menjadi gyaru.

Ada pula Shibuya Girls International School, yang dikelola oleh Hitomi Akaogi, seorang gyaru sekaligus mantan editor majalah Egg versi baru.

Kurikulumnya mencakup percakapan Bahasa Inggris, pembuatan video, dan pemasaran media sosial, bahkan menyediakan kesempatan bagi siswi yang ingin mengikuti audisi sebagai calon bintang TV.

Kehadiran sekolah-sekolah ini membuktikan bahwa gyaru bukan sekadar tren sesaat.

Ia adalah sebuah subkultur dengan nilai dan aspirasi yang mendalam, yang bahkan diakui dan dikembangkan melalui jalur pendidikan formal.

Gyaru menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika sosial dan budaya kaum muda di Jepang, terus beradaptasi dan berkembang seiring waktu.

Sumber:

  • Tokyo Weekender (https://www.tokyoweekender.com/art_and_culture/fashion/japans-gyaru-revival/)
  • PR Times
    https://prtimes.jp/main/html/rd/p/000000104.000020107.html
    https://prtimes.jp/main/html/rd/p/000000023.000007907.html
  • BBC (https://www.bbc.com/news/world-asia-19332694)
          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.