Setiap Juni, inbox email di seluruh Indonesia pasti dibanjiri pengingat bahwa shūshoku katsudō (musim berburu pekerjaan yang super intens di Jepang) sudah dimulai.
Para lulusan baru pun langsung sibuk, mulai dari memoles CV ala Jepang (履歴書/rirekisho) sampai berlatih sapaan keigo.
Tapi, ada satu dokumen yang sering dikembalikan perekrut dengan coretan merah yaitu surat lamaran kerja.
Dokumen ini jadi ujian penting yang menentukan seberapa cakap kita beradaptasi dengan budaya Jepang.
Bagi banyak pelamar, tugas pertama biasanya mencari "contoh surat lamaran kerja fresh graduate" di Google.
Hasilnya sering kali bikin bingung karena ada aturan ketat soal honorifik, tata letak empat blok yang baku, bahkan ruang untuk stempel hanko.
Kemampuan memahami ekspektasi inilah yang sering jadi penentu siapa yang akan terbang ke Tokyo, Osaka, atau Nagoya dari Indonesia.
Baca juga:
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan (MHLW) Jepang; 73 persen pekerja kerah putih asing yang direkrut pada 2024 punya setidaknya gelar sarjana.