Tidak ada yang meninggalkan sebuah perjalanan panjang tanpa berhenti sejenak, menoleh ke belakang pada jalan yang telah dilalui.
Bagi Ifah, mengenang tahun-tahunnya sebagai SSW di Jepang bukan hanya soal pencapaian, tapi juga tentang diri yang ia temukan sepanjang perjalanan.
Ketika kami meminta Ifah merefleksikan waktunya sebagai SSW, kami mengharapkan wawasan.
Namun yang kami dapatkan adalah hati yang penuh cerita, tawa, pelajaran hidup, dan perubahan.
Awalnya, Ifah tertawa karena terkadang momen paling menakutkan, seiring berjalannya waktu, justru menjadi kenangan yang paling lucu.
"Waktu itu saya sedang bekerja dan tanpa sengaja menekan tombol darurat. Saya sangat panik karena hampir tidak ada orang di sana saat itu. Mungkin terdengar konyol, tetapi beberapa tombol darurat memang tidak memiliki penutup. Setelah saya tekan, tidak ada alarm yang berbunyi keras, tetapi saya sangat takut petugas pemadam kebakaran akan datang," cerita Ifah.
Ifah menceritakan bahwa ia menelepon atasan dan bertanya apakah ia bisa pulang jika tidak ada tanda bahaya.
Setelah itu, ia pulang dan menerima telepon dari pemilik gedung yang bertanya apakah ada yang terjadi.
Untungnya, kejadian tersebut hanya karena kelalaiannya.
Ia mengakui bahwa saat itu sangat menakutkan, bahkan hampir membeku.
Namun, mengenang kejadian tiga tahun yang lalu, ia justru merasa itu lucu.
Ada rasa takut, kebingungan, dan jantung yang berdebar kencang saat itu.
Namun kini, itu hanyalah salah satu momen yang tak akan pernah ia lupakan.
Sebuah pengingat bahwa bahkan kesalahan langkah pun memiliki makna tersendiri dalam perjalanan hidup.
Baca juga:
Sementara banyak orang mungkin menyoroti promosi karier atau jalinan persahabatan sebagai titik balik dalam hidup, momen perubahan terbesar bagi Ifah berakar lebih dalam: keluarga.
"Bagi saya, pergi ke Jepang dan bisa mendukung keluarga adalah perubahan terbesar yang bisa saya harapkan. Karena bagi saya, hidup saya adalah keluarga saya," ucap Ifah.
Ifah bercerita bahwa ia berasal dari keluarga kelas bawah hingga menengah, dan terkadang mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan, bahkan sampai menangis bersama ibunya.
Ia mendapat bantuan dengan pergi ke pusat pelatihan (LPK) dan bekerja keras dari sana.
Setelah bekerja di Jepang, Ifah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan apa yang terjadi padanya terjadi pada adik-adiknya.
Menurutnya, momen ketika ia tiba di Jepang dan bisa mendukung keluarga adalah momen yang mengubah hidupnya.
Suaranya terdengar melembut saat menceritakannya, tetapi keyakinannya tetap terasa kuat.
Bagi Ifah, kesuksesan tidak pernah hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi tentang menulis ulang masa depan keluarganya.
Meskipun ia mengaku tidak terlalu sering memikirkan soal hubungan pertemanan, refleksi Ifah tentang persahabatan membawa kedalaman tersendiri.
Ifah menyatakan bahwa hubungan itu penting, tetapi kita tetap harus selektif dalam memilih teman.
Untungnya, ia memiliki pilihan yang jelas, yaitu seorang sesama SSW yang kebetulan berasal dari desa yang sama.
Ia mengakui bahwa ia tidak terlalu memperhatikan persahabatan, tetapi ia tahu bahwa teman sejati adalah mereka yang mengenalnya dengan baik, baik saat ia bahagia maupun sedih.
Tidak semua orang yang ia temui menjadi teman dekat, dan tidak setiap teman menjadi seperti keluarga.
Namun, beberapa orang yang benar-benar tulus menjadi bagian penting dalam hidupnya di negeri asing.
Tentu saja, tidak ada perjalanan tanpa sedikit penyesalan kecil. Jadi kami bertanya pada Ifah, jika dia bisa mengubah satu hal saja dari pengalamannya, apa itu?
"Tidak ada yang terlalu besar sebenarnya. Tapi saya pikir, seandainya saya tidak menghabiskan terlalu banyak uang untuk mencoba-coba makanan, mungkin saya bisa pergi ke lebih banyak tempat dan sekalian mencoba makanan di sana. Memang benar saya mungkin akan menghabiskan jumlah uang yang sama—tapi setidaknya saya mendapatkan pengalaman baru dari tempat-tempat baru, kan?"
Dia tidak bisa menahan tawa saat mengatakannya.
Pada akhirnya, bahkan pengeluaran kecil untuk kesenangan pribadi pun menjadi bagian dari cerita yang layak untuk dikenang.
Perjalanan Ifah sebagai SSW bukan sekadar kisah sukses biasa.
Ini adalah potret tentang seseorang yang tumbuh melalui tanggung jawab, berdiri tegar melewati kesulitan, dan tetap membumi di tengah kebahagiaan.
Dia tidak mengejar sorotan lampu atau pengakuan, dia hanya terus melangkah maju, membawa serta mimpi-mimpinya dan harapan keluarganya.
Ini menandai babak terakhir dari kisah perjalanan Ifah dalam Seri SSW ini.
Namun, seperti semua cerita hebat lainnya, akhir bukanlah benar-benar sebuah akhir, melainkan hanyalah sebuah awal baru yang menanti dengan tenang di depan mata.
Kepada setiap pekerja SSW yang menapaki jalan yang sama: semoga kamu menemukan kekuatan dalam setiap perjuangan, kebanggaan dalam setiap kemajuan, dan kedamaian dalam tujuan hidupmu.
Konten ditulis oleh Karaksa Media Partner (Februari 2025)
View this post on Instagram