Setelah bekerja di Jepang, Ifah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan apa yang terjadi padanya terjadi pada adik-adiknya.
Menurutnya, momen ketika ia tiba di Jepang dan bisa mendukung keluarga adalah momen yang mengubah hidupnya.
Suaranya terdengar melembut saat menceritakannya, tetapi keyakinannya tetap terasa kuat.
Bagi Ifah, kesuksesan tidak pernah hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi tentang menulis ulang masa depan keluarganya.
Meskipun ia mengaku tidak terlalu sering memikirkan soal hubungan pertemanan, refleksi Ifah tentang persahabatan membawa kedalaman tersendiri.
Ifah menyatakan bahwa hubungan itu penting, tetapi kita tetap harus selektif dalam memilih teman.
Untungnya, ia memiliki pilihan yang jelas, yaitu seorang sesama SSW yang kebetulan berasal dari desa yang sama.
Ia mengakui bahwa ia tidak terlalu memperhatikan persahabatan, tetapi ia tahu bahwa teman sejati adalah mereka yang mengenalnya dengan baik, baik saat ia bahagia maupun sedih.
Tidak semua orang yang ia temui menjadi teman dekat, dan tidak setiap teman menjadi seperti keluarga.
Namun, beberapa orang yang benar-benar tulus menjadi bagian penting dalam hidupnya di negeri asing.