Terkadang, hasil terjemahan terdengar kurang alami atau bahkan memiliki konotasi negatif bagi penutur asli.
Saya pernah mengalami hal ini langsung.
Suatu ketika, saya menggunakan layanan terjemahan untuk mencari padanan kata dalam bahasa Jepang, tetapi kemudian menyadari bahwa kata yang saya gunakan kurang tepat.
Sebagai orang Indonesia yang tinggal di Jepang, saya sering ditanya, “Bagaimana pandangan masyarakat Indonesia terhadap Jepang?”
Saya biasanya menjawab dengan menyebutkan aspek positif budaya Jepang, seperti kuliner, anime, alam, dan tradisi.
Namun, orang-orang di sekitar saya menyadari bahwa saya hanya menyebutkan sisi positif.
Mereka ingin tahu apakah masyarakat Indonesia juga memiliki pandangan negatif tentang Jepang.
Saya menjelaskan bahwa ada beberapa “stigma” terkait Jepang, seperti budaya kerja lembur atau lingkungan kerja yang toksik.
Baca juga:
Menurut Kamus Merriam-Webster, “stigma” berarti “serangkaian kepercayaan negatif dan tidak adil yang dimiliki masyarakat atau kelompok tertentu terhadap sesuatu.”
Namun, bagaimana cara mengungkapkan “stigma” dalam bahasa Jepang? Saya tidak tahu, jadi saya mengandalkan layanan terjemahan.