Berdasarkan hasil survei Pet Food Association Japan pada 2024, memelihara kucing di Jepang membutuhkan anggaran yang cukup besar.
Di Jepang, biaya untuk memelihara seekor kucing seumur hidupnya mencapai 1.606.097 yen (sekitar Rp 175 juta). Hitungan ini rata-rata untuk kucing indoor maupun outdoor.
Bila dijabarkan, biaya rata-rata memelihara kucing indoor seumur hidupnya bisa lebih tinggi yaitu sekitar 1.725.072 yen (Rp 188 juta-an).
Sementara itu, biaya rata-rata memelihara kucing outdoor 1.194.162 yen (Rp 130 juta-an).
Kucing indoor cenderung memiliki umur lebih panjang yaitu sekitar 16,34 tahun, dibandingkan kucing outdoor yang rata-rata hidup 14,24 tahun.
Perbedaan ini salah satunya disebabkan oleh kebutuhan makanan yang lebih spesifik dan perawatan kesehatan intensif bagi kucing indoor.
Baca juga:
Setiap bulan, pemilik kucing di Jepang rata-rata mengeluarkan 8.930 yen (sekitar Rp 970.000) untuk satu ekor kucing.
Jika memiliki lebih dari satu kucing, pengeluaran bisa meningkat hingga 14.061 yen (sekitar Rp 1,5 juta).
Biaya terbesar biasanya berasal dari makanan utama, yang rata-rata menghabiskan 3.238 yen (sekitar Rp 350.000) per bulan.
Selain itu, pemilik juga sering membeli camilan kucing, dengan rata-rata pengeluaran sekitar 1.515 yen (sekitar Rp 165.000) per bulan.
Biaya kesehatan juga menjadi faktor penting, dengan pengeluaran tahunan sekitar 41.925 yen (sekitar Rp 4,5 juta).
Pemilik kucing biasanya membawa hewan peliharaan mereka ke dokter 2-3 kali dalam setahun.
Namun, kucing lanjut usia terutama umur 13 tahun ke atas lebih sering ke dokter menjadi lebih dari 3 kali per tahun.
Biaya kesehatan juga mencakup sterilisasi yang menjadi praktik umum di Jepang, dengan 80,7 persen kucing telah disterilisasi.
Mayoritas pemilik melakukan prosedur ini saat kucing berusia 6-9 bulan.
Sterilisasi dipercaya dapat membantu mengurangi risiko penyakit dan menekan populasi kucing liar.
Selain makanan dan kesehatan, ada juga biaya tambahan yang perlu diperhitungkan.
Salah satunya adalah asuransi kucing, yang rata-rata memakan biaya 32.279 yen (sekitar Rp 3,5 juta) per tahun.
Asuransi ini dapat membantu menekan pengeluaran medis jika kucing sakit atau mengalami kecelakaan.
Pemilik kucing juga biasanya membeli aksesoris dan perlengkapan lain, seperti tempat tidur, mainan, atau tempat buang air, yang memakan biaya sekitar 18.532 yen (sekitar Rp 2 juta) per tahun.
Bisnis yang menjual atau membiakkan anjing dan kucing di Jepang diwajibkan untuk menanamkan microchip sebelum menjual hewan tersebut sejak Juni 2022.
Melansir The Mainichi (22/6/2022), microchip ini berfungsi seperti kartu identitas mini yang memungkinkan identifikasi pemilik dengan mudah.
Tujuan utama kebijakan ini adalah untuk memudahkan pencarian pemilik ketika hewan peliharaan hilang atau ditelantarkan.
Setelah membeli kucing, pemiliknya harus mendaftarkan nama, alamat, dan nomor telepon peliharaan dalam waktu 30 hari.
Jika kucing yang dimiliki tidak memiliki microchip sejak lahir atau diadopsi setelah aturan ini diberlakukan, pemilik didorong untuk menanamkan microchip.
Biaya pemasangan microchip ini berkisar 5.000 yen hingga 10.000 yen (sekitar Rp 550.000 hingga Rp 1,1 juta).
Baca juga:
Meskipun vaksinasi rabies diwajibkan untuk anjing, tidak ada aturan khusus tentang vaksinasi kucing.
Namun, bagi kucing yang dibawa dari luar Jepang harus diberi vaksinasi rabies dua kali atau lebih setelah pemasangan microchip, seperti mengutip Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang.
Walau begitu, sebenarnya tidak ada salahnya melakukan vaksinasi rabies pada kucing peliharaan yang diadopsi di Jepang demi langkah kesehatan mereka.
Memelihara kucing di Jepang tidak mudah terlebih jika kamu tinggal di apartemen. Bukan hal mudah menemukan apartemen yang memperbolehkan pelihara hewan.
Menurut GaijinPot, pemilik properti melarang hewan peliharaan dengan berbagai alasan. Salah satunya, mereka khawatir akan potensi kerusakan dan bau tidak sedap.
Keterbatasan ruang apartemen juga menjadi alasannya.
Sebanyak 90 persen penduduk Jepang tinggal di daerah perkotaan dengan ruang terbatas, sehingga banyak apartemen yang kurang ideal untuk hewan peliharaan.
Di samping itu, dinding apartemen di Jepang umumnya tipis sehingga suara dari hewan peliharaan bisa mengganggu tetangga.
Sementara itu, beberapa gedung memiliki peraturan internal yang tidak mengizinkan hewan peliharaan, meskipun pemilik apartemen setuju.
Masalah kesehatan juga menjadi pertimbangan karena beberapa orang memiliki alergi terhadap bulu hewan dan pemilik apartemen sering menghindari risiko ini.
Namun, bila kamu sabar mencarinya ada juga apartemen ramah hewan.
Kamu bisa bertanya kepada agen properti atau mencari sendiri di situs pencarian apartemen dengan mencentang filter apartemen ramah hewan.
Namun, pemilik kucing sebaiknya bersiap untuk membayar deposit tambahan, biasanya setara dengan satu bulan uang sewa per satu peliharaan.
Biaya ini umumnya tidak dapat dikembalikan.
Sebagai pemilik kucing, ada beberapa tanggung jawab yang perlu diperhatikan. Kamu harus menjaga kebersihan lingkungan, termasuk membersihkan kotoran kucing dengan benar.
Jangan lupa memastikan kucing tidak mengganggu tetangga atau merusak properti orang lain.
Selain itu, jagalah kucing tetap di dalam rumah atau area yang aman untuk menghindari masalah dengan lingkungan sekitar.
Baca juga:
Sumber:
View this post on Instagram