Shirakawa-go, sebuah desa di lembah Sho, Jepang, dikenal dengan ruma tradisional bergaya gassho yang memiliki daya tarik unik.
Terletak di kaki Gunung Haku, desa ini terkenal dengan salju tebal yang turun setiap musim dingin. Menjadikannya atraksi utama wisatawan Indonesia.
Gaya arsitektur gassho, yang dikenal dengan atap miring yang menyerupai tangan yang sedang berdoa, menjadi ciri khas kawasan ini.
Simak ulasan ini untuk mengetahui makna rumah tradisional gassho-zukuri di Shirakawa-go yang termasuk sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Melansir situs web Shirakawa Village Office, rumah tradisional di Shirakawa-go dibangun dengan gaya gassho, nama ini diambil dari bentuk atapnya yang miring tajam.
Gassho dalam bahasa Jepang berarti “tangan berdoa” dan atap rumah ini memang terlihat seperti dua tangan yang disatukan.
Atap miring ini sangat berguna untuk menghindari timbunan salju yang dapat merusak rumah.
Selain itu, dinding rumah yang terbuat dari kayu ini memiliki sudut sedikit keluar agar tetap kering meski hujan turun.
Gaya rumah ini merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan dan iklim di sekitar Shirakawa-go.
Salju yang lebat menjadi tantangan bagi penduduk setempat. Maka, desain atap yang curam mampu mencegah salju menumpuk dan merusak struktur rumah.
Namun, penduduk masih harus memanjat atap untuk membersihkan salju yang menumpuk setiap musim dingin.
Dari akhir November hingga Maret, salju turun begitu lebat di Shirakawa-go yang datang dari pertemuan udara lembap dari Laut Jepang dengan Gunung Haku.
Penduduk sering menambahkan yukigakoi, pagar salju di sekitar rumah untuk menahan salju yang jatuh agar tidak merusak dinding rumah.
Pada Januari dan Februari, banyak wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan pemandangan salju di Desa Ogimachi, salah satu desa di Shirakawa-go.
Setiap rumah gassho di Shirakawa-go dilengkapi dengan irori, perapian tradisional.
Di atasnya tergantung papan kayu yang disebut hiama, yang berfungsi mengurangi percikan api yang dapat menyebabkan kebakaran.
Hiama juga digunakan untuk menampung berbagai barang atau makanan yang akan diasap.
Selain itu, papan ini membantu menjaga suhu rumah tetap hangat selama musim dingin dengan menyebarkan panas secara merata.
Baca juga:
Shirakawa-go juga terkenal dengan kuliner tradisionalnya yang sebagian besar dipengaruhi oleh agama dan sejarah setempat.
Tofu sudah menjadi bagian penting dari masakan lokal di Shirakawa-go selama berabad-abad.
Tofu sering digunakan dalam hidangan vegetarian, yang dipengaruhi oleh ajaran agama Buddha, khususnya aliran Jodo Shinshu.
Tofu lokal yang terkenal adalah ishiwari tofu. Tofu ini dipanggang hingga keras, mirip batu, dan disajikan dengan saus kedelai dan katsuobushi (ikan kering).
Suttate adalah sup khas Shirakawa-go yang terbuat dari kedelai giling, miso, dan saus kedelai.
Sup ini awalnya disajikan pada acara keagamaan, tetapi kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Salah satu varian suttate adalah suttate nabe, hot pot yang berisi suttate dengan bahan-bahan seperti jamur, daun bawang, dan daging Hida yang terkenal.
Rasanya yang lembut dan kaya cocok disantap di musim dingin.
Terdapat berbagai jenis penginapan di Shirakawa-go seperti ryokan, guest house, hotel, dan gassho.
Menurut situs web Shirakawa-go Tourist Association, ada setidaknya 21 penginapan bergaya gassho yang sebagian besar berlokasi di Desa Ogimachi.
Satu rumah gassho rata-rata mempunyai 4 kamar dan umumnya tidak dapat mengakomodasi untuk menginap beberapa malam berturut-turut.
Sebaiknya, baca situs web penginapan gassho tujuanmu atau tanyakan kepada pemandu wisata terkait aturan menginap tersebut.
Sementara itu, tarif menginap beragam misalnya saja salah satu gassho house mematok mulai dari Rp 850.000 per orang per malam.
Ada beberapa pilihan transportasi dari kota besar di Jepang untuk menuju Shirakawa-go seperti berikut, dikutip dari situs web Japan Rail Pass.
Shirakawa-go adalah destinasi yang tak boleh dilewatkan bagi kalian yang ingin merasakan sisi tradisional dan alami Jepang.
Sumber:
View this post on Instagram