Berbicara to the point atau tanpa basa-basi dinilai lebih jelas, berani, dan efisien. Namun, apakah cara itu selalu menjadi pendekatan terbaik? Tidak selalu, terutama di Jepang.
Seni bersikap tidak langsung (婉曲, enkyoku) bervariasi dalam tingkatan, dari ekspresi empati sederhana (omoiyari) hingga metode halus untuk menyampaikan ketidakpuasan.
Namun, apa sebenarnya maksudnya, khususnya dalam lingkungan profesional?
Baca juga: Omoiyari, Konsep Kasih Sayang dan Empati Terhadap Orang Lain ala Jepang
Enkyoku teki mengacu pada ketidaklangsungan, ungkapan bertele-tele, atau eufemisme.
Kira-kira maksudnya berbicara tidak to the point atau mengungkapkan sesuatu dengan cara yang tidak terlalu langsung.
Demi kesederhanaan, mari kita sebut saja enkyoku teki sebagai komunikasi tidak langsung dalam artikel ini.
Komunikasi tidak langsung umum terjadi di berbagai belahan dunia.
Misalnya, di Indonesia, ketika seseorang membutuhkan sesuatu, mereka sering kali mengisyaratkan permintaan mereka daripada menyatakannya secara langsung.
Jika perlu meminjam uang dari seorang teman, kamu dapat memulai dengan mengatakan, "Wah, kondisiku sulit, dompetku kering seperti gurun pasir,” daripada langsung meminta uang.
Di Tokyo, tempat saya bekerja saat ini, sikap tidak langsung sering kali muncul dalam rapat dan percakapan yang sopan.