Baca juga: Omiyage, Budaya Beri Hadiah di Jepang yang Utamakan Kerendahan Hati
Menurut pengamatan saya, komunikasi tidak langsung di Kyoto memiliki cara yang berbeda.
Kyoto dikenal dengan ketidaklangsungannya yang halus, terkadang menyindir, yang bahkan bisa tampak menakutkan. Berikut beberapa contohnya:
1. "Jam tangan kamu bagus." (いい時計ですね, ii tokei desu ne):
Jika seseorang menyebutkan jam tanganmu saat mengobrol, itu mungkin bukan pujian.
Di Kyoto, kalimat itu bisa menjadi petunjuk halus bahwa mereka bosan, lelah, atau siap untuk mengakhiri percakapan.
Mereka mungkin menggunakan komentar ini untuk memberi isyarat, "Silakan cek sekarang jam berapa."
2. "Apakah kamu mau secangkir teh lagi?" (お茶のおかわりいりますか?, ocha no okawari irimasu ka?):
Pertanyaan ini yang sering diajukan oleh seorang pelayan di restoran, mungkin tampak seperti standar keramahtamahan.
Namun, di Kyoto, itu bisa berarti, "Kamu harus pergi sekarang."
Dengan menanyakan apakah kamu ingin teh lagi, mereka menyiratkan, "Saya sudah mengisi ulang cangkir Anda beberapa kali; sekarang saatnya Anda pergi."