Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Worklife

Mengenal Douki, Bagian dari Hierarki Jabatan di Perusahaan Jepang

Kompas.com - 28/11/2024, 15:39 WIB

Pernahkah kamu merasa heran ketika teman sebaya di Jepang tiba-tiba dianggap lebih muda atau lebih tua berdasarkan standar yang tampak tidak familiar dengan kita?

Mungkin kamu juga pernah terkejut ketika disebut seusia dengan seseorang yang lahir di tahun yang sama tetapi beberapa bulan lebih muda atau lebih tua?

Selamat datang di labirin sosial rumit perhitungan usia di Jepang yang dianggap bukan sekadar angka melainkan juga cerminan budaya dan tradisi.

Kali ini, kita akan membahas mengenai douki (同期), sebutan untuk kolega yang bergabung dengan perusahaan dalam periode yang sama dengan kita.

Baca juga: Mengenal Hierarki Jabatan di Perusahaan Jepang

Reaksi pertama kali dengar istilah douki

Suatu hari di kafetaria kantor, saya didekati oleh seseorang yang tampaknya seusia dengan saya.

Saat kami memperkenalkan diri, percakapan secara alami beralih ke usia kami.

Saya menyebutkan, "Saat ini saya berusia 22 tahun," dan mereka menjawab, "Oh, saya berusia 21 tahun, kita seumuran, bukan?"

Tanggapan ini membuat saya bingung karena, menurut pemahaman saya, jelas ada perbedaan usia. Namun, mereka menganggap kami seusia.

Momen inilah pertama kali saya mendengar istilah 同期 (douki).

Ilustrasi 2 orang rekan kerja yang memulai karir bersamaan atau disebut douki (sepantaran).
Ilustrasi 2 orang rekan kerja yang memulai karir bersamaan atau disebut douki (sepantaran).

Mengenal konsep douki

Di Jepang, konsep 同期, atau "seusia", tidak hanya dihitung dari tanggal lahir seseorang.

Daripada menghitung berapa banyak lilin yang ada di kue ulang tahun, orang Jepang cenderung mengelompokkan usia berdasarkan kelompok usia, baik itu sekolah atau tahun mereka mulai bekerja.

Misalnya, kamu dan kolega memulai karir atau sekolah pada tahun yang sama maka kalian dianggap seumuran. Walau, salah satu dari kalian berusia beberapa bulan lebih tua atau muda.

Sistem berdasarkan kelompok usia ini memengaruhi interaksi sosial secara signifikan. Misalnya, gaya bahasa di Jepang sangat terkait dengan usia dan senioritas.

Orang Jepang biasanya menggunakan gaya bahasa lebih formal untuk menunjukkan rasa hormat dan kesopanan kepada orang yang lebih tua.

Namun, seiring hubungan semakin dekat, mereka sering beralih ke gaya bahasa yang lebih santai.

Baca juga: Tantangan Penggunaan Keigo di Dunia Kerja bagi Pendatang Baru dan Orang Jepang

Orang Jepang tetap menyampaikan usia berdasarkan tanggal lahir mereka ketika memperkenalkan diri. Barulah kemudian dikelompokkan secara sosial ke dalam kelompok usia.

Praktik ini mungkin mencerminkan rasa hormat terhadap tradisi dan keakuratan.

Ilustrasi orang Indonesia dari berbagai kelompok usia.
Ilustrasi orang Indonesia dari berbagai kelompok usia.

Konsep usia di Indonesia

Sementara itu, usia di Indonesia ditentukan oleh tanggal lahir dan usia pada hari tersebut.

Misalnya, jika hari ini 6 Januari, seseorang yang lahir pada 5 Januari dianggap lebih tua daripada seseorang yang lahir pada 7 Januari.

Hal ini sering kali menjadi bahan candaan di antara teman-teman, seperti "haha, hari ini aku lebih tua darimu, panggil aku 'kakak'."

Perhitungan usia yang tepat ini memengaruhi interaksi, seperti gaya bicara.

Orang Indonesia sering menggunakan kata sapaan seperti "bang" atau "kak" untuk memanggil seseorang yang lebih tua, meskipun perbedaan usianya hanya beberapa hari.

Ilustrasi rekan kerja saling menyapa. (KARAKSA MEDIA PARTNER)
Ilustrasi rekan kerja saling menyapa. (KARAKSA MEDIA PARTNER)

Kesimpulan: refleksi budaya

Baik di Jepang maupun Indonesia, "umur yang sama" dapat memiliki arti yang sangat berbeda.

Di satu sisi, Jepang menawarkan sistem lebih fleksibel yang mengelompokkan orang berdasarkan pengalaman hidup bersama.

Sementara Indonesia menganut sistem khusus yang menghitung usia hingga hari itu.

Kedua sistem tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang unik.

Hal itu menawarkan wawasan menarik tentang bagaimana usia dan senioritas memengaruhi interaksi sosial di setiap budaya.

Ketika membahas usia di kedua negara ini, ingatlah untuk tidak hanya bertanya "berapa usia kamu," tetapi juga "kapan kamu mulai sekolah atau bekerja?"

Kamu mungkin akan mendapatkan jawaban yang sangat berbeda dan mudah-mudahan tidak terlalu membingungkan!

Ulasan di atas disampaikan oleh Hoshimachi Yozora, WNI yang kerja di Tokyo. Ia suka menonton anime, main game, dan menjelajahi tempat-tempat yang kurang dikenal di Tokyo, terutama lokasi yang ditampilkan dalam anime.

Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (November 2024)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.