Pernahkah kamu merasa heran ketika teman sebaya di Jepang tiba-tiba dianggap lebih muda atau lebih tua berdasarkan standar yang tampak tidak familiar dengan kita?
Mungkin kamu juga pernah terkejut ketika disebut seusia dengan seseorang yang lahir di tahun yang sama tetapi beberapa bulan lebih muda atau lebih tua?
Selamat datang di labirin sosial rumit perhitungan usia di Jepang yang dianggap bukan sekadar angka melainkan juga cerminan budaya dan tradisi.
Kali ini, kita akan membahas mengenai douki (同期), sebutan untuk kolega yang bergabung dengan perusahaan dalam periode yang sama dengan kita.
Baca juga: Mengenal Hierarki Jabatan di Perusahaan Jepang
Suatu hari di kafetaria kantor, saya didekati oleh seseorang yang tampaknya seusia dengan saya.
Saat kami memperkenalkan diri, percakapan secara alami beralih ke usia kami.
Saya menyebutkan, "Saat ini saya berusia 22 tahun," dan mereka menjawab, "Oh, saya berusia 21 tahun, kita seumuran, bukan?"
Tanggapan ini membuat saya bingung karena, menurut pemahaman saya, jelas ada perbedaan usia. Namun, mereka menganggap kami seusia.
Momen inilah pertama kali saya mendengar istilah 同期 (douki).
Di Jepang, konsep 同期, atau "seusia", tidak hanya dihitung dari tanggal lahir seseorang.
Daripada menghitung berapa banyak lilin yang ada di kue ulang tahun, orang Jepang cenderung mengelompokkan usia berdasarkan kelompok usia, baik itu sekolah atau tahun mereka mulai bekerja.
Misalnya, kamu dan kolega memulai karir atau sekolah pada tahun yang sama maka kalian dianggap seumuran. Walau, salah satu dari kalian berusia beberapa bulan lebih tua atau muda.
Sistem berdasarkan kelompok usia ini memengaruhi interaksi sosial secara signifikan. Misalnya, gaya bahasa di Jepang sangat terkait dengan usia dan senioritas.
Orang Jepang biasanya menggunakan gaya bahasa lebih formal untuk menunjukkan rasa hormat dan kesopanan kepada orang yang lebih tua.
Namun, seiring hubungan semakin dekat, mereka sering beralih ke gaya bahasa yang lebih santai.
Baca juga: Tantangan Penggunaan Keigo di Dunia Kerja bagi Pendatang Baru dan Orang Jepang
Orang Jepang tetap menyampaikan usia berdasarkan tanggal lahir mereka ketika memperkenalkan diri. Barulah kemudian dikelompokkan secara sosial ke dalam kelompok usia.
Praktik ini mungkin mencerminkan rasa hormat terhadap tradisi dan keakuratan.
Sementara itu, usia di Indonesia ditentukan oleh tanggal lahir dan usia pada hari tersebut.
Misalnya, jika hari ini 6 Januari, seseorang yang lahir pada 5 Januari dianggap lebih tua daripada seseorang yang lahir pada 7 Januari.
Hal ini sering kali menjadi bahan candaan di antara teman-teman, seperti "haha, hari ini aku lebih tua darimu, panggil aku 'kakak'."
Perhitungan usia yang tepat ini memengaruhi interaksi, seperti gaya bicara.
Orang Indonesia sering menggunakan kata sapaan seperti "bang" atau "kak" untuk memanggil seseorang yang lebih tua, meskipun perbedaan usianya hanya beberapa hari.
Baik di Jepang maupun Indonesia, "umur yang sama" dapat memiliki arti yang sangat berbeda.
Di satu sisi, Jepang menawarkan sistem lebih fleksibel yang mengelompokkan orang berdasarkan pengalaman hidup bersama.
Sementara Indonesia menganut sistem khusus yang menghitung usia hingga hari itu.
Kedua sistem tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang unik.
Hal itu menawarkan wawasan menarik tentang bagaimana usia dan senioritas memengaruhi interaksi sosial di setiap budaya.
Ketika membahas usia di kedua negara ini, ingatlah untuk tidak hanya bertanya "berapa usia kamu," tetapi juga "kapan kamu mulai sekolah atau bekerja?"
Kamu mungkin akan mendapatkan jawaban yang sangat berbeda dan mudah-mudahan tidak terlalu membingungkan!
Ulasan di atas disampaikan oleh Hoshimachi Yozora, WNI yang kerja di Tokyo. Ia suka menonton anime, main game, dan menjelajahi tempat-tempat yang kurang dikenal di Tokyo, terutama lokasi yang ditampilkan dalam anime.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (November 2024)
View this post on Instagram