Di Jepang, konsep 同期, atau "seusia", tidak hanya dihitung dari tanggal lahir seseorang.
Daripada menghitung berapa banyak lilin yang ada di kue ulang tahun, orang Jepang cenderung mengelompokkan usia berdasarkan kelompok usia, baik itu sekolah atau tahun mereka mulai bekerja.
Misalnya, kamu dan kolega memulai karir atau sekolah pada tahun yang sama maka kalian dianggap seumuran. Walau, salah satu dari kalian berusia beberapa bulan lebih tua atau muda.
Sistem berdasarkan kelompok usia ini memengaruhi interaksi sosial secara signifikan. Misalnya, gaya bahasa di Jepang sangat terkait dengan usia dan senioritas.
Orang Jepang biasanya menggunakan gaya bahasa lebih formal untuk menunjukkan rasa hormat dan kesopanan kepada orang yang lebih tua.
Namun, seiring hubungan semakin dekat, mereka sering beralih ke gaya bahasa yang lebih santai.
Baca juga: Tantangan Penggunaan Keigo di Dunia Kerja bagi Pendatang Baru dan Orang Jepang
Orang Jepang tetap menyampaikan usia berdasarkan tanggal lahir mereka ketika memperkenalkan diri. Barulah kemudian dikelompokkan secara sosial ke dalam kelompok usia.
Praktik ini mungkin mencerminkan rasa hormat terhadap tradisi dan keakuratan.