Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Worklife

5 Budaya Kerja di Jepang, Alon-alon Asal Kelakon

Kompas.com - 25/10/2024, 12:00 WIB

Pernah terpikir kenapa orang Jepang ketika membuat proyek MRT bisa selesai tepat waktu?

Atau sebaliknya, orang Jepang ketika akan ketuk palu selalu lama dalam perencanaan tapi eksekusi pengerjaan bisa sangat singkat?

Semua berawal dari proses perencanaan yang menyeluruh dan tahap pengecekan secara mendetail sehingga sudah tidak ada lagi hambatan ketika eksekusi pengerjaan yang bisa menunda selesainya suatu tugas.

Bagaimana mereka bisa terbiasa dengan budaya kerja tersebut? Semua diawali dari melatih diri pada hal-hal kecil di awal bekerja.

Yuk, simak beberapa tips di bawah jika kamu baru mulai bekerja di perusahaan Jepang!

Baca juga: Cerita WNI di Jepang Pakai Hello Work, Terbantu Cari Kerja

1. Mendengarkan dengan seksama tugas yang diberikan 

Senior atau atasan akan memberikan kepercayaan untuk melakukan sebuah tugas dengan tenggat waktu tertentu.

Mereka meminta waktu kita untuk memberikan penjelasan tugas tersebut dalam sebuah pertemuan singkat.

Pastikan kita membawa catatan dan bila perlu rekam dengan gawai.

Namun, jangan lupa untuk meminta izin merekam pembicaraan tersebut. Pasalnya, merekam tanpa izin sebuah pembicaraan adalah pelanggaran informasi pribadi.

Dengarkan dan catat dengan seksama setiap poin yang dijelaskan. Berikan memo atau tanda pada bagian yang tidak dimengerti agar kita bisa bertanya apa maksudnya.

Banyak hal yang tidak dapat diingat jika perintah diberikan secara verbal. Itulah alasan mencatat menjadi kebiasaan baik dalam budaya kerja di Jepang.

Orang yang tidak mencatat justru mendapat kesan negatif ketika bekerja.

Komponen dari catatan harus terdiri dari 5W1H (+2H jika perlu) yaitu What, Why, Where, When, Who, dan How.

Jika diperlukan, tambahan seperti How Much dan How Long pun bisa ditambahkan. 

Tanyakan juga skala prioritas dari tugas tersebut dan kapan harus diselesaikan. 

Ilustrasi orang menerapkan budaya kerja Jepang Horensou. (KARAKSA MEDIA PARTNER)
Ilustrasi orang menerapkan budaya kerja Jepang Horensou. (KARAKSA MEDIA PARTNER)

2. Jujur bila tidak paham penjelasan dan konfirmasi ulang tugas yang diberikan

Salah satu kesalahan fatal karyawan seringkali bukan karena kesalahan pengerjaan tugas tapi hal yang diminta berbeda dari perintah yang diberikan oleh atasannya. 

Tidak hanya menghabiskan waktu dan tenaga, suatu pekerjaan tidak bisa selesai tepat waktu yang berakibat mundurnya rencana awal suatu proyek.

Ketika tidak mengerti, setelah mencatat dan memberikan tanda pada catatan, jujurlah pada poin-poin yang sulit dimengerti atau dibutuhkan penjelasan ulang.

Setelah instruksi selesai diberikan oleh atasan atau senior, pastikan untuk mengulang sebagai konfirmasi dan pastikan tenggat waktu pengerjaan.

Baca juga: Berapa Batas Umur Kerja di Jepang?

3. Kerjakan secara bertahap sambil minta pendapat atau diskusi dengan atasan

Kita kadang takut jika dianggap tidak mampu mengerti atau mengerjakan tugas dengan baik atau lancar sehingga ingin mengerjakan tugas hingga selesai dan dianggap cekatan. 

Sayangnya, hal ini membuat kita merasa harus segera menyelesaikan tugas tanpa konsultasi dari awal. Pada akhirnya, tugas dianggap salah dan kita harus mengulang lagi dari awal.

Di Jepang, cara bekerja tersebut tidak baik. Jika suatu pekerjaan diberi skala 0-10 dari awal hingga pekerjaan itu selesai, maka proses pengerjaan tugas adalah sebagai berikut:

  • 0: Meeting pemberian tugas dari atasan kepada kita
  • 1-2: Drafting awal pengerjaan tugas sambil memastikan pemikiran kita dan atasan sudah sesuai
  • 3-4: Kita meminta atasan untuk mengecek drafting yang kita buat. Di sini, atasan kita akan meminta revisi atau mengiyakan pekerjaan kita
  • 5-6: Jika pada tahap 3-4 dianggap sudah betul, lanjut ke tahap berikutnya melalui proses drafting
  • 7-8: Proses 3-4 diulang kembali, hingga masuk ke tahap finishing atau penyempurnaan
  • 9-10: Finishing adalah ketika kita masuk dalam tahap akhir ketika semua pekerjaan sudah selesai dicek akhir oleh atasan.

Tahap ini tidak hanya ditujukan untuk pekerjaan kantoran.

Semua jenis pekerjaan membutuhkan cek beberapa kali dalam bentuk yang berbeda karena kesalahan atau kesuksesan kita adalah tanggung jawab dari atasan.

Baca juga: Cara Kerja Sebagai SSW atau Tokutei Ginou bagi Alumni Magang Jepang

Ilustrasi dua orang pekerja di ruang meeting.
Ilustrasi dua orang pekerja di ruang meeting.

4. Jangan suka berasumsi

Ketika kita diberi tugas secara berkelompok, jangan pernah berasumsi, “Ah, pasti nanti pekerjaan ini akan dikerjakan oleh si A”.

Atau, “Oh, kalau sudah lewat jam 20.00, pasti perhitungan kasir sudah dikerjakan si B, saya tidak perlu cek ulang”.

Pernah berpikir hal serupa? Dalam bahasa Jepang, hal seperti ini disebut Eror Omiai, artinya pihak terkait berpikir hal yang sama, tetapi ternyata tidak ada yang mengerjakan.

Asumsi seringkali berakibat buruk dalam lingkungan kerja, kadang fatal hingga bisa kehilangan kepercayaan dari pelanggan. 

Di Jepang istilah 確認(かくにん/kakunin) atau pengecekan ulang bisa dibilang hal yang tidak boleh dihilangkan dalam segala aspek kehidupan.

Dalam kereta, contohnya, masinis akan mengecek sistem kendali dengan cara menunjuk ke suatu data atau angka dengan telunjuknya sebagai tanda cek ulang (double check) atau bahkan diucapkan “yoshi” setelah menunjuk ke suatu arah.

Ada baiknya kita bertanya tentang progres suatu pekerjaan dengan tujuan tenggat waktu pekerjaan tidak terlewat.

5. Ucapkan terima kasih atas kepercayaan memberikan tugas kepada kita

Kapan terakhir kali kita merasa senang jika diberi tugas oleh atasan atau senior atau justru kita merasa terbebani karena tugas tersebut dianggap berat untuk dikerjakan?

Budaya bekerja di Jepang yang banyak mengandung unsur “peraturan tidak tertulis” atau “暗黙のルール(あんもくのルール/anmoku no ru-ru)” meminta kita selalu dengan senang hati menerima suatu tugas.

Tentu saja ketika sedang sibuk oleh tugas lain kita wajib menyampaikan bahwa tugas baru tidak bisa menjadi prioritas.

Nanti atasan atau senior kita akan memberitahu mana yang seharusnya diprioritaskan atau memberikan kita rekan untuk mengerjakan bersama.

Ketika kita dengan senang hati menerima pekerjaan dari atasan, mereka akan melihat bahwa kita termasuk orang yang senang menerima tantangan baru.

Semakin sedikit atasan atau senior memberikan kita tugas, harusnya kita jadi semakin waspada mengenai keberadaan kita yang tidak “dianggap” di kantor.

Ada baiknya segera introspeksi diri dan minta diberikan tugas atau proyek baru untuk dikerjakan.

Bekerja di lingkungan asing tidaklah mudah. Namun, nilai budaya di Jepang sebetulnya tidak jauh berbeda dari di Indonesia.

Mendengarkan, mencatat, jujur, konfirmasi, jangan suka berasumsi, serta selalu berterima kasih atas suatu kepercayaan sebaiknya selalu ditanamkan dalam diri. 

Baca juga: Visa Kerja SSW Jepang atau Tokutei Ginou, Simak 8 Hal Penting Ini

Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Oktober 2024)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.