Sayangnya, hal ini membuat kita merasa harus segera menyelesaikan tugas tanpa konsultasi dari awal. Pada akhirnya, tugas dianggap salah dan kita harus mengulang lagi dari awal.
Di Jepang, cara bekerja tersebut tidak baik. Jika suatu pekerjaan diberi skala 0-10 dari awal hingga pekerjaan itu selesai, maka proses pengerjaan tugas adalah sebagai berikut:
Tahap ini tidak hanya ditujukan untuk pekerjaan kantoran.
Semua jenis pekerjaan membutuhkan cek beberapa kali dalam bentuk yang berbeda karena kesalahan atau kesuksesan kita adalah tanggung jawab dari atasan.
Baca juga: Cara Kerja Sebagai SSW atau Tokutei Ginou bagi Alumni Magang Jepang
Ketika kita diberi tugas secara berkelompok, jangan pernah berasumsi, “Ah, pasti nanti pekerjaan ini akan dikerjakan oleh si A”.
Atau, “Oh, kalau sudah lewat jam 20.00, pasti perhitungan kasir sudah dikerjakan si B, saya tidak perlu cek ulang”.
Pernah berpikir hal serupa? Dalam bahasa Jepang, hal seperti ini disebut Eror Omiai, artinya pihak terkait berpikir hal yang sama, tetapi ternyata tidak ada yang mengerjakan.
Asumsi seringkali berakibat buruk dalam lingkungan kerja, kadang fatal hingga bisa kehilangan kepercayaan dari pelanggan.
Di Jepang istilah 確認(かくにん/kakunin) atau pengecekan ulang bisa dibilang hal yang tidak boleh dihilangkan dalam segala aspek kehidupan.
Dalam kereta, contohnya, masinis akan mengecek sistem kendali dengan cara menunjuk ke suatu data atau angka dengan telunjuknya sebagai tanda cek ulang (double check) atau bahkan diucapkan “yoshi” setelah menunjuk ke suatu arah.