Penanaman padi atau taue (田植え) adalah kegiatan pertanian sangat penting di Jepang yang biasanya dimulai pada April, terutama di daerah pusat seperti Honshu.
Periode ini bertepatan dengan naiknya suhu dan meningkatnya curah hujan sehingga menciptakan kondisi yang optimal untuk budi daya padi.
Di daerah utara seperti Hokkaido, penanaman biasanya dimulai lebih lambat, sekitar Mei atau Juni, karena iklim yang lebih sejuk.
Budi daya padi di Jepang sangat terkait dengan praktik budaya dan agama.
Salah satu tradisi yang terkenal adalah "Mibu no Hana Taue," ritual penanaman padi yang diadakan setiap tahun pada hari Minggu pertama Juni di Kitahiroshima, Prefektur Hiroshima.
Acara ini ditetapkan sebagai Properti Budaya Takbenda Penting dan terdaftar oleh UNESCO.
Peserta mengenakan pakaian berwarna cerah, diiringi musik dari alat musik tradisional seperti drum besar dan kecil, seruling, dan lonceng tangan.
Sapi-sapi yang dihias juga merupakan bagian dari prosesi, melambangkan doa untuk panen yang melimpah.
Festival lain yang tak kalah penting adalah "Festival Otaue" di Kuil Isasumi, Aizumisato, Prefektur Fukushima.
Ritual Shinto yang telah berusia berabad-abad ini diadakan setiap tahun pada 11 atau 12 Juli.
Upacara penanaman padi disertai dengan musik dan tarian tradisional, berfungsi sebagai doa untuk hasil panen yang melimpah.
Festival ini diakui sebagai Properti Budaya Takbenda Penting oleh Prefektur Fukushima.
Baca juga:
Dalam beberapa dekade terakhir, petani Jepang telah mengadopsi metode inovatif untuk meningkatkan produksi padi.
Takao Furuno, seorang petani dari Prefektur Fukuoka, memelopori "Metode Aigamo" pada akhir 1980-an.
Teknik ini melibatkan anak-anak bebek yang dilepaskan ke sawah.
Mereka secara alami membasmi gulma, memupuk, dan mengoksigenasi air, mengurangi penggunaan bahan kimia dan mendukung pertanian berkelanjutan.
Pendekatan Furuno telah diadopsi oleh lebih dari 75.000 petani di seluruh Asia, yang menunjukkan perpaduan sukses antara tradisi dan inovasi.
Petani padi Jepang menghadapi tantangan seperti perubahan iklim dan menurunnya jumlah tenaga kerja yang muda.
Meningkatnya suhu telah menyebabkan penurunan hasil dan masalah kualitas, yang mendorong pengembangan dan promosi varietas padi yang tahan panas.
Misalnya, varietas "Sai no Kizuna" telah diperkenalkan untuk tahan terhadap suhu yang lebih tinggi, dengan tujuan untuk menstabilkan produksi di tengah kondisi iklim yang berubah.
Salah satu aspek menarik dari penanaman padi di Jepang adalah penggunaan lagu dan tarian tradisional selama proses pemindahan bibit padi.
Pertunjukan ini disebut "Taue Odori" yang menghibur sekaligus sebagai panduan ritme bagi para penanam dan memastikan gerakan sinkron sehingga penanaman lebih efisien.
Praktik ini menunjukkan perpaduan harmonis antara kerja dan seni dalam tradisi pertanian Jepang.
Secara keseluruhan, penanaman padi di Jepang pada sekitar bulan April adalah praktik yang kaya akan makna budaya, ritual tradisional, dan teknik yang terus berkembang.
Meskipun menghadapi tantangan modern, ketahanan dan kemampuan beradaptasi para petani Jepang terus mendukung aspek vital warisan mereka ini.
Konten ditulis oleh Karaksa Media Partner (Maret 2025)
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram