Begitu melangkah di jalanan Jepang saat musim panas, hawa panas langsung terasa menempel di kulit.
Udara lembap, gerah, tapi juga penuh kehidupan; itulah suasana khas musim panas di Jepang.
Meski panas menyengat, musim ini justru jadi waktu terbaik menikmati festival atau matsuri.
Suasananya meriah, penuh warna, musik, dan kebersamaan.
Baca juga:
Terdapat sejumlah festival musim panas di Jepang seperti Gion Matsuri di Kyoto yang berlangsung sepanjang Juli.
Puncaknya ada pada 17 dan 24 Juli, saat kereta hias raksasa bernama yamahoko melintas anggun di jalan utama.
Aroma yakitori, takoyaki, sampai kakigori (es serut manis) memenuhi udara, ditemani cahaya lampu jalan dan suara genderang.
Kalau ke Osaka, Tenjin Matsuri sekitar 25 Juli juga tidak kalah megah.
Sungai kota dipenuhi perahu berhias lampion, sementara langit malam dipenuhi kembang api.
Tidak heran festival ini disebut “Festival Api dan Air”.
Ke arah utara, Aomori punya Nebuta Matsuri yang digelar 2-7 Agustus.
Festival ini terkenal dengan float bercahaya berbentuk samurai atau makhluk legendaris, lengkap dengan tarian dan nyanyian yang semarak.
Lalu di Sendai, awal Agustus selalu ramai dengan Tanabata Matsuri.
Jalanan dipenuhi hiasan bambu dan kertas warna-warni yang menjuntai indah, masing-masing membawa harapan tertulis.
Selain festival, ada juga keseharian sederhana yang bikin musim panas di Jepang terasa hangat.
Orang-orang menyejukkan diri dengan kipas tangan uchiwa, menikmati segarnya kakigori, atau ikut menari bon odori di bawah lentera yang bergantung di sekitar yagura.
Anak-anak sekolah dengan yukata sibuk bermain menangkap ikan mas kecil.
Teman-teman berjalan santai di jalanan teduh.
Keluarga berbagi soda ramune di malam yang gerah.
Hal-hal kecil seperti ini yang membuat musim panas begitu lekat dengan kehidupan sehari-hari.
Musim panas memang penuh warna, tapi keindahan Jepang juga terasa berbeda saat musim berganti.
Saat musim gugur di Jepang (aki), pepohonan berubah jadi merah-oranye yang indah di lereng pegunungan.
Lalu musim dingin di Jepang (fuyu) hadir dengan salju lebat dari Desember sampai Maret, menawarkan suasana yang kontras dengan musim panas.
Lalu, bagaimana dengan bulan Maret di Jepang?
Pada bulan itu, Jepang masih berada di penghujung musim semi (haru), bukan musim panas.
Saat itulah bunga sakura mulai bermekaran dan udara terasa lebih hangat.
Musim panas (natsu) baru benar-benar dimulai sekitar Juli sampai Oktober, dengan puncak panasnya di bulan Juli dan Agustus.
Sumber:
Penulis: Karaksa Media Partner (Agustus 2025)
View this post on Instagram