Peningkatan kelompok usia ini menjadi tantangan sekaligus penanda bahwa Jepang memasuki era super-aging society secara lebih mendalam.
Pemerintah Jepang menyadari tantangan ini dan berkomitmen melanjutkan kebijakan untuk mendukung generasi muda agar dapat menikah dan memiliki anak dengan rasa aman.
“Kami akan terus mendorong kebijakan yang bersaing menuju realisasi masyarakat di mana siapa pun yang ingin memiliki anak dapat melakukannya dan membesarkannya dengan tenang,” ujar Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mengutip Japan Times (14/4/2025).
Beberapa langkah yang sedang dijalankan pemerintah meliputi peningkatan dukungan finansial untuk pengasuhan anak, kenaikan upah generasi muda, serta penyediaan layanan perjodohan.
Kenaikan jumlah lansia juga berdampak pada meningkatnya kebutuhan perawat lansia atau kaigo di Jepang.
Menurut NHK, jumlah pengasuh di Jepang tercatat sekitar 2,15 juta orang mengacu data dari tahun fiskal 2022.
Namun, pada tahun fiskal 2040 mendatang, diperkirakan Jepang membutuhkan sekitar 2,72 juta perawat lansia.
Terdapat potensi kekurangan tenaga kerja sebanyak 570.000 orang jika tidak ada penambahan signifikan.
Sebagai salah satu solusi, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang menargetkan mendatangkan lebih dari 50.000 perawat lansia asing melalui program Specified Skilled Worker (SSW) pada tahun lalu.