Jumlah ayah di Jepang yang mengambil cuti melahirkan mencapai rekor tertinggi pada 2024.
Berdasarkan survei pemerintah Jepang yang dirilis Rabu (30/7/2025), sebanyak 40,5 persen ayah dengan bayi tercatat mengambil cuti.
Angka ini naik 10,4 poin persentase dibanding tahun sebelumnya dan menandai peningkatan selama 12 tahun berturut-turut.
Kenaikan signifikan ini terjadi dalam periode satu tahun hingga 1 Oktober 2024. Salah satu pemicunya adalah program cuti ayah yang mulai berlaku sejak 2022.
Melansir Kyodo News (30/7/2025), program ini dirancang agar para ayah lebih mudah mengambil cuti setelah kelahiran anak, menggantikan sistem sebelumnya yang dinilai kurang fleksibel.
Jika tren ini terus berlanjut, target pemerintah untuk mencapai 50 persen partisipasi cuti ayah pada 2025 bisa tercapai.
Namun, perbedaan besar masih terlihat dalam tingkat pengambilan cuti berdasarkan ukuran perusahaan dan sektor pekerjaan.
Baca juga:
Survei menunjukkan bahwa karyawan di perusahaan besar lebih banyak yang mengambil cuti ayah.
Di perusahaan dengan 100 hingga 499 karyawan, 55,3 persen ayah memanfaatkan cuti tersebut.
Sementara itu, di perusahaan dengan lebih dari 500 karyawan, angkanya sedikit lebih rendah, yakni 53,8 persen.
Sebaliknya, tingkat partisipasi jauh lebih rendah di perusahaan kecil. Hanya 25,1 persen ayah mengambil cuti di perusahaan dengan lima hingga 29 pekerja.
Di perusahaan dengan 30 hingga 99 pegawai, angkanya mencapai 35,8 persen.
Data ini mencerminkan tantangan yang lebih besar bagi karyawan di usaha kecil dan menengah.
Selain keterbatasan sumber daya, tekanan sosial agar tidak membebani rekan kerja kerap membuat para ayah ragu untuk mengambil hak cutinya.
Tingkat pengambilan cuti ayah juga sangat bergantung pada sektor pekerjaan.
Di sektor keuangan dan asuransi, lebih dari 60 persen ayah mengambil cuti setelah kelahiran anak.
Sementara itu, di sektor properti, layanan penyewaan barang, jasa gaya hidup, dan hiburan, partisipasinya masih di bawah 20 persen.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa dukungan terhadap cuti ayah belum merata.
Beberapa sektor sudah lebih maju dalam memberi ruang bagi pekerja laki-laki untuk hadir di masa awal kehidupan anak, sementara sektor lain masih tertinggal.
Pejabat Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang mengatakan bahwa penting untuk menciptakan masyarakat yang menghormati keinginan pekerja mengambil waktu untuk keluarga.
Dukungan semacam ini dinilai penting untuk menciptakan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.
Saat ini, ayah di Jepang bisa mengambil cuti selama empat minggu dalam delapan minggu pertama setelah kelahiran anak.
Selain itu, mereka juga berhak atas cuti pengasuhan standar yang bisa diambil hingga anak berusia satu tahun.
Dalam survei tersebut, 40,5 persen ayah tercatat mengambil salah satu atau kedua jenis cuti tersebut.
Sementara itu, tingkat pengambilan cuti oleh ibu tetap lebih tinggi, yakni 86,6 persen.
Survei ini dilakukan terhadap 6.300 perusahaan dengan minimal lima karyawan.
Sebanyak 3.383 perusahaan memberikan jawaban.
Data mencakup pekerja yang mengambil cuti hingga 1 Oktober 2024, dengan anak yang lahir antara Oktober 2022 hingga September 2023.
Peningkatan ini menunjukkan perubahan positif dalam pandangan masyarakat Jepang terhadap peran ayah.
Namun, upaya tetap dibutuhkan untuk memastikan semua ayah memiliki kesempatan yang sama untuk mendampingi tumbuh kembang anak sejak dini.
Baca juga:
© Kyodo News
View this post on Instagram