Perbedaan ini menunjukkan bahwa dukungan terhadap cuti ayah belum merata.
Beberapa sektor sudah lebih maju dalam memberi ruang bagi pekerja laki-laki untuk hadir di masa awal kehidupan anak, sementara sektor lain masih tertinggal.
Pejabat Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang mengatakan bahwa penting untuk menciptakan masyarakat yang menghormati keinginan pekerja mengambil waktu untuk keluarga.
Dukungan semacam ini dinilai penting untuk menciptakan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.
Saat ini, ayah di Jepang bisa mengambil cuti selama empat minggu dalam delapan minggu pertama setelah kelahiran anak.
Selain itu, mereka juga berhak atas cuti pengasuhan standar yang bisa diambil hingga anak berusia satu tahun.
Dalam survei tersebut, 40,5 persen ayah tercatat mengambil salah satu atau kedua jenis cuti tersebut.
Sementara itu, tingkat pengambilan cuti oleh ibu tetap lebih tinggi, yakni 86,6 persen.
Survei ini dilakukan terhadap 6.300 perusahaan dengan minimal lima karyawan.
Sebanyak 3.383 perusahaan memberikan jawaban.
Data mencakup pekerja yang mengambil cuti hingga 1 Oktober 2024, dengan anak yang lahir antara Oktober 2022 hingga September 2023.
Peningkatan ini menunjukkan perubahan positif dalam pandangan masyarakat Jepang terhadap peran ayah.
Namun, upaya tetap dibutuhkan untuk memastikan semua ayah memiliki kesempatan yang sama untuk mendampingi tumbuh kembang anak sejak dini.
Baca juga:
© Kyodo News
View this post on Instagram