Di Jepang, caregiver diharapkan untuk selalu tepat waktu, patuh pada hierarki, dan teliti dalam mencatat kondisi pasien.
Kegagalan dalam memenuhi standar ini bisa berujung pada teguran atau sanksi.
Sebagian besar caregiver tinggal di asrama atau hunian bersama. Walaupun hal ini memperkuat kebersamaan, terbatasnya privasi menjadi tantangan.
Selain itu, beradaptasi dengan sistem perbankan, asuransi kesehatan, dan kehidupan sehari-hari di Jepang bisa terasa sulit.
Hal ini terutama berlaku di daerah pedesaan, di mana akses bahasa atau fasilitas yang memadai terbatas.
Bekerja sebagai caregiver di Jepang tidak hanya menawarkan penghasilan yang lebih baik, tetapi juga peluang untuk berkembang.
Bagi mereka yang berhasil lulus ujian caregiving, peluang untuk mengajukan visa jangka panjang terbuka lebar.
Visa SSW bisa diperpanjang hingga lima tahun dan ada kesempatan untuk melanjutkan pendidikan atau pindah ke posisi yang lebih spesifik.
Bagi peserta EPA, setelah lulus ujian nasional caregiving, ada kesempatan untuk mengajukan visa permanen atau reunifikasi keluarga.
Semua peluang ini menunjukkan bahwa sektor caregiving bukan hanya tentang bekerja, tetapi juga tentang berkembang dan meraih kehidupan yang lebih baik.
Syarat kerja di Jepang untuk wanita, khususnya di sektor caregiving, bukan hanya soal ijazah atau kelulusan ujian.
Pekerjaan ini membutuhkan kekuatan fisik, ketahanan emosional, dan kemampuan beradaptasi dengan budaya kerja Jepang yang sangat disiplin.
Bagi perempuan Indonesia yang siap menghadapi tantangan ini, sektor caregiving menawarkan peluang besar untuk karier yang lebih baik.
Banyak perempuan Indonesia berhasil membangun karier dan kehidupan di Jepang dengan persiapan matang dan dukungan yang tepat.
Mereka berkembang tidak hanya sebagai pekerja, tetapi juga sebagai individu melalui pengalaman lintas budaya.
Sumber:
View this post on Instagram