Kamu mungkin langsung teringat dapur pedesaan di kaki Pegunungan Kai, Yamanashi, saat mencium aroma ketan panas yang berpadu dengan kedelai sangrai dan wijen.
Itulah yakome yang terbuat dari ketan, beras putih, kacang kedelai sangrai, sedikit garam, dan taburan wijen.
Yakome disajikan dengan cara seperti itu yaitu hangat, gurih, dan mengenyangkan.
Baca juga:
Beras ketan: 7 cangkir
Beras bulir pendek: 3 cangkir
Kacang kedelai: 2 cangkir
Biji wijen: 1 cangkir
Garam: sekitar 1 1/3 sendok makan
Campur beras ketan dan beras biasa, bilas hingga bersih, lalu rendam selama lima hingga enam jam.
Proses ini penting agar pati menyerap air dengan baik sehingga butiran beras bisa mengembang sempurna saat dikukus.
Setelah direndam, tiriskan beras di atas saringan bambu hingga benar-benar kering.
Susun beras di dalam dandang kukusan. Biarkan uap panas pertama menyentuh permukaan bulir untuk menghasilkan tekstur yang pulen.
Sambil menunggu uap kukusan, sangrai kacang kedelai di atas api sedang hingga kulit merekah dan warna kuningnya tampak merona.
Pindahkan segera ke dalam mangkuk, lalu siram dengan air mendidih secukupnya untuk melembutkan tekstur tanpa menghilangkan aroma sangrai.
Taburkan sedikit garam agar rasa asin halusnya menyatu dengan ketan.
Ketika permukaan beras mulai mengilat, ratakan kedelai di atasnya lalu tutup kembali kukusan.
Saat butiran beras hampir matang, pulen tapi belum terlalu padat, siramkan sedikit air garam dari sisa rendaman kacang.
Cairan ini akan menjaga kelembapan sekaligus memperkuat cita rasa.
Begitu nasi benar-benar matang, angkat dari kukusan dan taburkan biji wijen sangrai.
Aroma kacang wijen yang harum akan berpadu dengan rasa gurih kedelai, sementara ketan memberikan dasar yang kenyal dan memuaskan.
Nikmati yakome selagi hangat, langsung disendok dari kukusan bambu, seperti yang dilakukan para petani di Yamanashi saat Mizuguchi Matsuri.
Teksturnya lembut namun menggigit, dengan sensasi renyah dari kedelai dan letupan rasa dari wijen panggang.
Hal itu menjadikan setiap suapan yakome sebagai bentuk penghormatan kepada alam.
Yakome juga bisa disimpan. Dinginkan terlebih dahulu, lalu kukus ulang saat akan disantap.
Alternatif lainnya, potong menjadi persegi dan panggang ringan sebagai camilan.
Tak heran jika yakome masih disajikan di sekolah-sekolah Yamanashi dan dijual sebagai jajanan praktis di toko lokal.
Resep sederhana berbahan ini telah bertahan selama ratusan tahun, dan terus beradaptasi dengan selera masa kini.
Disediakan oleh: Situs web Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/yakome_yama_nashi.html)
Disusun oleh Karaksa Media Partner, berdasarkan "うちの郷土料理 次世代に伝えたい大切な味 山梨県 やこめ" (Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan) (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/yakome_yama_nashi.html)
Artikel ditulis oleh Karaksa Media Partner (Juli 2025)
View this post on Instagram