Aroma kacang wijen yang harum akan berpadu dengan rasa gurih kedelai, sementara ketan memberikan dasar yang kenyal dan memuaskan.
Nikmati yakome selagi hangat, langsung disendok dari kukusan bambu, seperti yang dilakukan para petani di Yamanashi saat Mizuguchi Matsuri.
Teksturnya lembut namun menggigit, dengan sensasi renyah dari kedelai dan letupan rasa dari wijen panggang.
Hal itu menjadikan setiap suapan yakome sebagai bentuk penghormatan kepada alam.
Yakome juga bisa disimpan. Dinginkan terlebih dahulu, lalu kukus ulang saat akan disantap.
Alternatif lainnya, potong menjadi persegi dan panggang ringan sebagai camilan.
Tak heran jika yakome masih disajikan di sekolah-sekolah Yamanashi dan dijual sebagai jajanan praktis di toko lokal.
Resep sederhana berbahan ini telah bertahan selama ratusan tahun, dan terus beradaptasi dengan selera masa kini.
Disediakan oleh: Situs web Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/yakome_yama_nashi.html)
Disusun oleh Karaksa Media Partner, berdasarkan "うちの郷土料理 次世代に伝えたい大切な味 山梨県 やこめ" (Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan) (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/yakome_yama_nashi.html)
Artikel ditulis oleh Karaksa Media Partner (Juli 2025)
View this post on Instagram