Selama ini, dukungan pemerintah Jepang terhadap hikikomori cenderung berfokus pada kemandirian ekonomi, seperti mendorong mereka untuk segera bekerja.
Namun, Januari lalu Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang meluncurkan panduan baru berjudul The Hikikomori Support Handbook: A Compass for Supporting Hikikomori.
Panduan ini membawa pendekatan baru: pekerjaan dan partisipasi sosial dipandang hanya sebagai sarana, bukan tujuan utama.
Hal penting adalah membantu mereka menemukan cara hidup yang sesuai pilihan mereka sendiri, lewat dialog hangat bersama keluarga atau pendamping, bukan lewat tekanan.
Perubahan ini muncul karena banyak kasus, terutama dalam apa yang dikenal sebagai masalah “8050”, saat orang berusia 80-an tahun masih mendukung anak mereka yang hikikomori pada usia 50-an.
Bahkan, ada praktik buruk dari pihak tak resmi yang dikenal sebagai hikidashi-ya.
Mereka menawarkan jasa menarik paksa hikikomori keluar dari rumah dengan iming-iming rehabilitasi, lengkap dengan biaya mahal.
Beberapa korban sudah berhasil memenangkan gugatan hukum atas perlakuan tersebut.
Salah satu sosok di balik SHIP! adalah Rika Ueda, 53 tahun. Di usia 20-an, ia pernah mengalami fase sebagai hikikomori.
Setelah lulus kuliah, Ueda mengalami masa sulit, berganti pekerjaan lebih dari 20 kali.