Menurutnya, perusahaan tidak cukup hanya memantau suhu atau menghitung durasi kerja, tapi juga harus mempertimbangkan seberapa berat beban fisik yang ditanggung pekerja.
Furukawa menekankan bahwa sering kali heatstroke baru disadari ketika sudah terlambat.
Ia menilai aturan baru ini masih kurang memberi ruang untuk upaya pencegahan, misalnya dengan mengurangi paparan panas atau menyesuaikan jam kerja agar lebih fleksibel.
Baginya, mencegah lebih baik daripada sekadar menangani saat gejala sudah muncul.
Perusahaan diharapkan makin sadar bahwa melindungi kesehatan pekerja bukan hanya soal mematuhi hukum, tetapi juga bentuk tanggung jawab moral.
Keselamatan pekerja harus jadi prioritas bersama, terutama di tengah tantangan iklim yang semakin ekstrem.
© Kyodo News
View this post on Instagram