Tak heran jika rasa hiyajiru makin beragam, memadukan ikan, sayuran, dan bumbu dari kebun maupun laut.
Dulu, hidangan ini juga sering hadir sebagai penutup jamuan saat keluarga besar berkumpul di rumah pertanian atau rumah tua, terutama saat perayaan Obon.
Bahan utama hiyajiru cukup sederhana, tapi semua membawa peran penting.
Ada iriko (ikan teri kering), tahu, mentimun, terong, nasi barley, daun shiso, hingga myōga (jahe Jepang).
Kombinasi ini menciptakan rasa segar sekaligus memastikan tubuh tetap mendapat asupan nutrisi.
Bagi para petani, hiyajiru jadi semacam bekal cerdas agar mereka bisa terus bekerja meski cuaca panas dan waktu makan terbatas.
Proses membuat hiyajiru juga unik.
Biasanya, ikan seperti tai (ikan kakap) atau aji (ikan kembung) dipanggang tanpa bumbu, lalu dagingnya dipisahkan dari tulangnya dengan hati-hati.
Biji wijen putih kemudian ditumbuk, dicampur dengan daging ikan dan miso, lalu dihaluskan bersama.
Adonan ini dioleskan ke bagian dalam ulekan, dibalik di atas bara, dan dipanggang sampai bagian miso sedikit gosong.