Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Budaya Lokal

Mengenal Shio Kujira Jiru, Sup Daging Paus Asin Jepang

Kompas.com - 09/07/2025, 20:04 WIB

Jepang punya beragam tradisi kuliner unik yang menjadi ciri khas masing-masing wilayah.

Salah satu hidangan yang menarik perhatian adalah shio kujira jiru atau sup daging paus asin dari Prefektur Yamagata.

Hidangan ini menjadi bagian penting dari tradisi masyarakat setempat, khususnya saat musim panas tiba.

Baca juga:

Shio kujira jiru, sup daging paus asin khas Prefektur Yamagata, Jepang.
Shio kujira jiru, sup daging paus asin khas Prefektur Yamagata, Jepang.

Sejarah dan Asal-Usul Shio Kujira Jiru

Melansir situs web resmi Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, shio kujira jiru merupakan sup stamina tradisional dari daerah pedalaman Yamagata.

Sup ini dahulu dimasak untuk membantu masyarakat melewati musim panas yang sangat panas.

Pada zaman dulu, masyarakat menghargai daging paus asin karena mudah diawetkan.

Bahan ini menjadi sumber protein hewani yang penting, terutama di wilayah pegunungan.

Awalnya, masyarakat setempat memasak daging paus asin dengan berbagai sayuran musim panas seperti kentang baru, terong, dan kacang panjang.

Tujuan utama hidangan ini adalah menjaga kondisi tubuh selama menghadapi cuaca panas ekstrem.

Shio kujira merujuk pada potongan lemak kulit paus yang diawetkan menggunakan garam.

Di wilayah Murayama, sup ini juga dikenal sebagai iruka jiru atau sup lumba-lumba.

Khususnya di Kota Ōe, iruka jiru sering dimasak dalam pertemuan anak-anak saat liburan musim panas.

Para ibu biasanya membawa hasil panen kebun atau bahan makanan dari rumah masing-masing.

Bahan-bahan tersebut lalu dimasak bersama dalam panci besar, kemudian dinikmati ramai-ramai oleh warga.

Sementara itu, di wilayah Mogami, sup ini disebut Mongiri Mizu Jiru.

Nama tersebut diambil dari cara memasak sayuran liar mizu yang dipetik dan dipotong langsung menggunakan tangan supaya rasa kuah lebih meresap.

Shio kujira jiru, sup daging paus asin khas Prefektur Yamagata, Jepang.
Shio kujira jiru, sup daging paus asin khas Prefektur Yamagata, Jepang.

Cara Menyiapkan dan Menyantap Shio Kujira Jiru

Bahan wajib dalam sup ini adalah daging paus asin dan kentang baru.

Selain itu, masyarakat sering menambahkan sayuran liar khas daerah, seperti aomizu yang tumbuh di pegunungan atau natsuna, sejenis sayuran musiman besar yang tumbuh di musim panas.

Sebelum dimasak, daging paus asin harus dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan garam yang menempel.

Daging kemudian direndam selama sekitar 10–30 menit supaya kadar garamnya berkurang.

Setelah direndam, daging direbus cepat dengan air panas agar kadar lemaknya berkurang, lalu dipotong kecil-kecil agar mudah dikonsumsi.

Proses merebus daging paus tidak boleh terlalu lama karena teksturnya bisa menjadi keras.

Waktu terbaik memasukkan daging paus adalah setelah sayuran dalam sup sudah cukup lunak.

Dengan begitu, rasa asin alami dari daging paus dapat menyatu sempurna dengan kuah sup.

Dahulu, masyarakat langsung menggunakan garam dari daging paus sebagai bumbu kuah.

Namun kini, proses perebusan dilakukan lebih teliti untuk menghilangkan aroma kurang sedap dan lemak teroksidasi dari daging paus tersebut.

Kini, miso sering ditambahkan untuk menyamarkan bau khas paus sekaligus menambah cita rasa sup.

Selain miso, garam atau kecap asin juga bisa digunakan sesuai selera masing-masing keluarga.

Shio kujira jiru, sup daging paus asin khas Prefektur Yamagata, Jepang.
Shio kujira jiru, sup daging paus asin khas Prefektur Yamagata, Jepang.

Tradisi Konsumsi dan Upaya Pelestarian

Shio kujira jiru biasa dinikmati sepanjang musim panas, terutama mulai bulan Juli hingga September.

Sup ini masih rutin dimasak di rumah-rumah sebagai menu khas musim panas.

Setelah musim panas berlalu dan memasuki musim gugur, warga setempat biasanya beralih ke hidangan imoni atau sup talas khas Yamagata.

Tradisi memasak shio kujira jiru terus dijaga oleh masyarakat Yamagata hingga sekarang.

Setiap musim panas tiba, daging paus asin selalu dijual secara luas di toko ikan maupun supermarket lokal.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun zaman terus berubah, masyarakat Yamagata tetap berkomitmen menjaga tradisi kuliner warisan nenek moyang mereka agar terus hidup.

Sumber:

  • Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/shiokujirajiru_yamagata.html)

Konten disusun oleh Karaksa Media Partner, berdasarkan "うちの郷土料理 次世代に伝えたい大切な味 山形県 塩くじら汁" (Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries) (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/shiokujirajiru_yamagata.html)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.