Di Sayama, barat laut Tokyo, Masahiro Okutomi menjalankan bisnis teh keluarga yang telah berusia 15 generasi.
Ia terpaksa menghentikan sementara pesanan matcha melalui situs web karena tidak sanggup memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Proses pembuatan matcha tidaklah mudah. Daun teh yang disebut tencha harus dilindungi dari sinar matahari selama beberapa minggu sebelum dipanen.
Metode ini bertujuan untuk mempertajam rasa dan meningkatkan kandungan nutrisi daun.
Setelah itu, daun harus dipisahkan dari tulangnya secara manual, dikeringkan, lalu digiling halus menggunakan mesin khusus.
“Butuh waktu bertahun-tahun untuk mempelajari cara membuat matcha dengan benar,” jelas Okutomi.
“Ini adalah proses jangka panjang yang membutuhkan alat, tenaga kerja, dan investasi besar.”
Menurut Okutomi, meskipun ia senang karena dunia mulai mengenal matcha Jepang, peningkatan permintaan yang terlalu cepat justru menjadi tantangan besar.
“Dalam jangka pendek, situasi ini seperti ancaman. Kami tidak bisa mengejar,” ujarnya.