Di banyak keluarga Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan, cerita yang sering terdengar adalah berhenti sekolah setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), lalu mulai bekerja.
Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi kerap menjadi hal ideal yang sulit dicapai.
Alasannya beragam, mulai dari keterbatasan ekonomi, tanggung jawab keluarga, hingga akses sekolah yang terbatas.
Impian untuk bekerja di luar negeri, terutama di Jepang, telah menjadi jalan keluar bagi banyak anak muda.
Citra gaji tinggi, infrastruktur modern, dan stabilitas ekonomi menjadikan Jepang tujuan favorit.
Namun, masih banyak yang mengira bahwa bekerja di Jepang hanya bisa dilakukan oleh lulusan SMA atau perguruan tinggi.
Faktanya, tersedia lowongan kerja di Jepang untuk lulusan SMP dan jumlahnya terus meningkat melalui program legal yang terstruktur.
Banyak mantan pekerja Indonesia di Jepang yang kembali dengan cerita positif.
Mereka memperoleh keterampilan, penghasilan stabil, dan masa depan yang lebih baik untuk keluarga.
Sebagian besar hanya berbekal ijazah SMP, namun berhasil karena pelatihan yang terstruktur dan kemauan belajar di bawah sistem SSW.
Baca juga:
Jepang tengah menghadapi kekurangan tenaga kerja serius, khususnya di sektor konstruksi, pertanian, perawatan lansia, dan manufaktur.
Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang memproyeksikan kebutuhan jutaan pekerja asing hingga 2040.
Hal itu bertujuan menjaga kestabilan ekonomi di tengah penurunan angka kelahiran dan populasi lansia yang terus bertambah.
Kondisi ini mendorong Jepang mengembangkan skema visa kerja legal, seperti Specified Skilled Worker (SSW) yang memungkinkan warga negara asing bekerja di sektor lapangan.
Syarat utama visa SSW adalah lulus ujian keterampilan dan memiliki kemampuan bahasa Jepang dasar.
Namun, tidak diperlukan ijazah SMA sehingga menjadi peluang besar bagi lulusan SMP asal Indonesia yang siap bekerja dan belajar.
Sudah banyak warga Indonesia lulusan SMP yang berhasil menembus program ini secara legal.
Artinya, bekerja secara sah di Jepang bukan sekadar impian bagi mereka yang tak melanjutkan SMA.
Pemerintah Indonesia melalui Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengawasi penempatan kerja ke luar negeri secara legal.
Ribuan pekerja Indonesia dikirim ke Jepang setiap tahun melalui skema resmi, dan banyak di antaranya adalah lulusan SMP.
Penempatan kerja legal wajib melalui lembaga pengirim resmi berlisensi.
Lembaga ini memberikan pelatihan keterampilan, penempatan kerja, dan pembekalan budaya.
Mereka menerima peserta lulusan SMP selama memenuhi syarat usia, kesehatan, dan kesiapan mental terutama untuk pekerjaan yang tercakup dalam skema visa kerja resmi Jepang dan tergolong lowongan kerja ijazah SMP.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sebagian besar angkatan kerja di Indonesia, terutama dari keluarga berpenghasilan rendah, hanya memiliki pendidikan hingga tingkat SMP.
Namun, semangat untuk memperbaiki kondisi ekonomi tetap tinggi.
Bagi mereka, Jepang menghadirkan jalur yang legal, terstruktur, dan berorientasi pada peningkatan keterampilan.
Dibanding masuk ke jalur kerja ilegal di negara lain, banyak yang kini memilih program pelatihan resmi ke Jepang.
Program ini tak sekadar menawarkan pekerjaan, tetapi juga menjembatani antara kerja kasar dan peningkatan profesionalisme tanpa memandang latar belakang pendidikan tinggi.
Bahasa menjadi tantangan utama bagi lulusan SMP yang ingin bekerja di Jepang.
Mayoritas program kerja mengharuskan peserta memiliki sertifikat kemampuan bahasa Jepang level N5 atau N4 dari Japan Foundation.
Meskipun cukup sulit, tantangan ini bukan jalan buntu.
Kini, banyak lembaga pengirim di Indonesia yang menyertakan pelatihan bahasa Jepang gratis atau bersubsidi dalam program mereka.
Dengan dukungan sistem yang tepat, lulusan SMP tetap punya peluang untuk lolos seleksi.
Beberapa sektor pekerjaan di Jepang secara aktif menerima tenaga kerja asing lulusan SMP melalui jalur legal atau skema visa SSW.
Berikut bidang-bidang yang tersedia:
Seluruh bidang ini masuk dalam skema visa SSW 1 dan tidak mempersyaratkan ijazah SMA atau kuliah.
Pekerja harus mempunyai etos kerja, disiplin, dan kemauan belajar.
Salah satu kekhawatiran calon pekerja adalah biaya penempatan. Agen ilegal sering menawarkan "jalan pintas" dengan biaya lebih murah.
Namun, risiko jangka panjangnya besar: penahanan, deportasi, dan daftar hitam.
Melalui jalur legal seperti BP2MI dan lembaga pengirim resmi, biaya penempatan memang lebih tinggi.
Biaya mencakup dokumen, pelatihan bahasa, pembekalan, hingga tiket pesawat.
Namun, perlindungan hukum, upah standar, dan akses jaminan kesehatan membuatnya jauh lebih aman.
BP2MI mengimbau calon pekerja migran agar hanya memilih jalur legal melalui lembaga pengirim resmi.
Beberapa program bahkan menyediakan skema cicilan atau dukungan finansial agar lebih terjangkau.
Program ini sering diawali sebagai lowongan kerja ijazah SMP, terutama bagi anak muda di daerah.
Bagi lulusan SMP, bekerja secara legal di Jepang bukan lagi mimpi mustahil.
Jalurnya memang tidak mudah, karena butuh usaha, kemampuan bahasa, serta kesiapan mental. Tapi, peluangnya nyata.
Masalah populasi lansia dan kekurangan tenaga kerja di Jepang bukan sekadar statistik.
Bagi pekerja Indonesia, itu adalah peluang.
Dengan program pemerintah, pelatihan resmi, dan jalur legal, lulusan SMP pun bisa melangkah ke Jepang bukan sebagai pekerja ilegal, melainkan sebagai tenaga terlatih yang dihargai atas kerja keras dan kedisiplinan.
Jadi, kalau selama ini kamu mengira lowongan kerja ijazah SMP di Jepang hanyalah mitos atau hanya tersedia lewat jalur gelap, kini saatnya berpikir ulang.
Pintu terbuka lebar, asal masuk secara sah dan siap menghadapi tantangan.
Sumber:
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Juni 2025)
View this post on Instagram