Lagu tersebut bahkan dibawakan di acara musik malam tahun baru milik NHK, Kōhaku Uta Gassen, dan menjadi preseden penting bagi penerimaan lagu anime sebagai musik pop arus utama.
Demikian pula dengan “Get Wild” dari TM Network, lagu penutup dari City Hunter, yang menyatu kuat dengan gaya visual anime tersebut dan menjadi salah satu lagu anime paling ikonik sepanjang masa.
Pada 1990-an, batas antara lagu anime dan J-pop semakin kabur.
Artis besar seperti Zard, Wands, Ōguro Maki, dan B’z menyumbangkan lagu tema untuk Slam Dunk dan Detective Conan, menciptakan serangkaian hit yang terjual jutaan.
Ini mengukuhkan gagasan baru bahwa lagu anime bisa menjadi penguasa tangga lagu, dan mempererat integrasi musik anime ke dalam industri musik Jepang.
Tahun 2000-an menjadi titik bangkitnya internet yang memperkuat popularitas global lagu anime.
Misalnya, band rock alternatif The Pillows meraih status penting di luar negeri lewat karyanya dalam anime FLCL.
Kemudian, Asian Kung-Fu Generation dan Flow, yang menyumbangkan lagu untuk Naruto dan melakukan tur internasional, membuktikan bahwa anime menjadi pintu masuk penting bagi band Jepang ke panggung global.
Dengan munculnya layanan streaming seperti Spotify dan YouTube di era 2010-an, lagu anime semakin menjangkau audiens global yang luas, memperkokoh kehadirannya di dunia musik internasional.
Dilansir dari Time Out, (30/6/2027), sejumlah anime yang dulunya hanya dikenal di kalangan penonton larut malam, seperti Puella Magi Madoka Magica dan Attack on Titan, telah berkembang menjadi fenomena arus utama.
Lagu anime telah menempati posisi sentral dalam industri musik Jepang, bahkan melahirkan film-film layar lebar yang sangat sukses.
Anime juga menjadi peluang kolaborasi yang sangat menarik—bahkan sering kali melampaui lagu tema drama TV dan iklan dalam hal jangkauan dan dampak.
Bagi para artis, terlibat dalam proyek anime menawarkan jalur menuju ekspansi internasional dan menjaring penggemar baru.
Sumber:
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram