Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Fakta & Data

Kisah Pria Jepang Berusia 97 Tahun Penjaga Pohon Sakura Paling Terkenal

Kompas.com - 27/04/2025, 18:07 WIB

Selama lebih dari seribu tahun, masyarakat Jepang telah mengagumi kelopak sakura yang lembut sebagai simbol kefanaan dan keindahan.

Bahkan, kecintaan kepada sakura kini menjadi obsesi internasional, dengan jutaan wisatawan dari seluruh dunia datang ke Jepang untuk sekadar melihat dan melakukan hanami di musim semi.

Namun, tak banyak yang tahu, di balik keindahan bunga sakura, terdapat sakuramori atau penjaga sakura yang mendedikasikan hidupnya merawat bunga nasional ini.

Di dekat kuil Ninna-ji dan Daikaku-ji di distrik Ukyo, terdapat sebuah taman sakura seluas 1,5 hektare dikenal sebagai Taman Keluarga Sano.

Taman itu seperti oasis ketenangan yang terletak di dekat jalan kecil tak jauh dari deretan rumah kayu tradisional machiya.

Di dalamnya, terdapat penjaga sakura paling terkenal di Jepang, yang kini berusia 97 tahun, bernama Tōemon Sano.

Melansir BBC, Rabu (23/4/2025), Sano merupakan generasi ke-16 dari garis keturunan petani terhormat yang mulai membudidayakan lahan di distrik Ukyo sejak pertengahan 1600-an.

Ketika ayahnya meninggal pada tahun 1981, ia mengambil nama depan Tōemon, sesuai tradisi keluarga.

Ia memimpin Uetō Zōen, perusahaan lanskap yang didirikan keluarganya pada 1832 dan kini berkantor pusat di taman tersebut.

Selama lebih dari 80 tahun, Tōemon menggunakan pengetahuannya untuk menjaga kelangsungan hidup pohon sakura di taman di seluruh Jepang dan dunia.

Ia juga merawat pohon sakura di Taman Jepang yang dirancang oleh Isamu Noguchi di markas besar UNESCO di Paris.

Baca juga:

Kastil Himeji, tempat terbaik untuk melihat sakura di Jepang.
Kastil Himeji, tempat terbaik untuk melihat sakura di Jepang.

Dedikasinya terhadap bunga sakura juga terlihat dari buku yang diterbitkan Tōemon berjudul Sakura Taikan yang merupakan karya paling definitif tentang pohon sakura.

Buku ini memuat penelitian mendalam tentang sakura yang dimulai oleh kakeknya pada masa Taishō (1912–1926).

Tōemon menceritakan bahwa kecintaannya terhadap sakura karena ketangguhan bunga ini melewati musim dingin dan filosofinya.

“Dari 365 hari dalam setahun, bunga sakura bertahan melawan angin dan salju selama 360 hari, hanya untuk mekar dengan gemilang selama lima hari sebelum gugur dengan anggun,” kata Tōemon.

Dirinya percaya bahwa siklus bunga sakura tersebut mencerminkan pandangan hidup orang Jepang.

 

Saat dikunjungi BBC, kondisi Tōemon jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit.

Melihat kondisinya, putra Tōemon, Shinichi Sano, kini memimpin operasional Uetō Zōen dan kelak akan meneruskan warisan keluarga sebagai Tōemon dan sakuramori berikutnya.

Shinichi terlihat mewarisi keahlian keluarganya dalam merawat pohon sakura.

Meski begitu, ia menyoroti bahwa bunga sakura yang telah memikat para pencinta hanami selama berabad-abad kini memiliki ancaman besar yang mengintai yakni perubahan iklim.

Bahkan studi terbaru menunjukkan bahwa puncak mekarnya sakura di Kyoto pada tahun 2020, 2021, dan 2023 adalah yang paling awal dalam lebih dari 1.200 tahun.

“Jika pemanasan global terus seperti ini, saya yakin akan ada wilayah di Jepang di mana pohon sakura tidak lagi berbunga,” kata Shinichi, menjelaskan bahwa musim dingin yang lebih hangat dapat menghambat proses mekarnya bunga.

Bukan Cuma Sakuramori, Kini AI Bantu Lestarikan Sakura

Sakura mekar di Kastil Himeji, Jepang.
Sakura mekar di Kastil Himeji, Jepang.

Meski sakuramori sejak lama dikenal telah merawat dan menjaga keberlangsungan pohon sakura, namun kini peran serta kecerdasan buatan (AI) juga mulai dilibatkan.

Perusahaan minuman di Jepang mengembangkan alat yang dinamakan Sakura AI Camera dapat membantu pemerintah daerah mengidentifikasi pohon sakura yang mulai sakit.

Melansir AFP pada Jumat (4/4/2025), Sakura AI Camera memungkinkan pengguna untuk mengetahui kondisi serta memperkirakan usia pohon sakura.

Pengguna cukup memotret pohon sakura menggunakan ponsel pintar, lalu mengunggah hasilnya ke situs web khusus.

Sistem akan bekerja dengan menggunakan skala penilaian lima level, yang saat ini hanya tersedia dalam Bahasa Jepang.

Penilaian berkisar dari kategori “sangat sehat” hingga “perlu perhatian”.

Pohon dengan bunga yang mekar penuh hingga ke ujung cabang akan mendapatkan peringkat tertinggi atau sangat sehat.

Teknologi kecerdasan buatan ini dilatih menggunakan sekitar 5.000 gambar pohon sakura, dengan masukan dari para ahli di bidangnya.

Foto-foto yang diunggah kemudian dipetakan di situs Sakura AI Camera, lengkap dengan informasi mengenai kondisi serta lokasi pohon tersebut.

“Kami mendapat informasi bahwa pelestarian sakura membutuhkan tenaga manusia dan dana, serta sulitnya mengumpulkan data,” ujar Risa Shioda dari Kirin kepada AFP.

“Saya rasa kami bisa berkontribusi dengan mempermudah perencanaan konservasi,” tambahnya.

Sejak diluncurkan bulan lalu, sekitar 20.000 foto telah dikumpulkan. Data tersebut kini tersedia secara gratis untuk otoritas lokal melalui platform daring.

Sumber:

  • BBC: https://www.bbc.com/travel/article/20250422-japans-97-year-old-cherry-blossom-guardian
  • AFP

(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.