Meski begitu, ia menyoroti bahwa bunga sakura yang telah memikat para pencinta hanami selama berabad-abad kini memiliki ancaman besar yang mengintai yakni perubahan iklim.
Bahkan studi terbaru menunjukkan bahwa puncak mekarnya sakura di Kyoto pada tahun 2020, 2021, dan 2023 adalah yang paling awal dalam lebih dari 1.200 tahun.
“Jika pemanasan global terus seperti ini, saya yakin akan ada wilayah di Jepang di mana pohon sakura tidak lagi berbunga,” kata Shinichi, menjelaskan bahwa musim dingin yang lebih hangat dapat menghambat proses mekarnya bunga.
Meski sakuramori sejak lama dikenal telah merawat dan menjaga keberlangsungan pohon sakura, namun kini peran serta kecerdasan buatan (AI) juga mulai dilibatkan.
Perusahaan minuman di Jepang mengembangkan alat yang dinamakan Sakura AI Camera dapat membantu pemerintah daerah mengidentifikasi pohon sakura yang mulai sakit.
Melansir AFP pada Jumat (4/4/2025), Sakura AI Camera memungkinkan pengguna untuk mengetahui kondisi serta memperkirakan usia pohon sakura.
Pengguna cukup memotret pohon sakura menggunakan ponsel pintar, lalu mengunggah hasilnya ke situs web khusus.
Sistem akan bekerja dengan menggunakan skala penilaian lima level, yang saat ini hanya tersedia dalam Bahasa Jepang.
Penilaian berkisar dari kategori “sangat sehat” hingga “perlu perhatian”.
Pohon dengan bunga yang mekar penuh hingga ke ujung cabang akan mendapatkan peringkat tertinggi atau sangat sehat.