Idealnya, satu indukan melahirkan satu anak sapi setiap tahun.
Di Kimozuki Daichi Farm misalnya, interval kelahiran rata-rata hanya 355 hari. Lebih pendek dibandingkan rata-rata peternakan lain yang mencapai 406 hari.
Jepang menerapkan sistem "Gyuuho" menggunakan perangkat khusus yang dipasang di kaki depan sapi untuk memantau siklus birahi indukan.
Teknologi ini didukung dengan sistem manajemen berbasis komputer.
Setiap pagi, peternak memeriksa data siklus birahi dan menentukan sapi mana yang siap untuk 'dibuntingkan.'
Selain itu, peternak juga menggunakan sistem "Gyuuonkei" untuk membantu proses kelahiran.
Sekitar seminggu sebelum perkiraan tanggal lahir, perangkat Gyuuonkei dipasang pada indukan untuk memantau perubahan suhu tubuh secara detail.
Jika terdeteksi tanda kelahiran seperti pecahnya air ketuban, petugas akan segera menerima notifikasi di smartphone mereka.
Dengan begitu, mereka bisa langsung hadir untuk membantu proses kelahiran dan memanggil dokter hewan jika terjadi komplikasi seperti kelahiran sungsang.
Setelah lahir, anak sapi akan menyusu pada induknya selama tujuh hari pertama sebelum dipindahkan ke pusat pengasuhan dan pembesaran.